Pengikut
Diberdayakan oleh Blogger.
About me
Total Tayangan Halaman
Label
- ADR (18)
- cerpen (14)
- curhat (49)
- ifthorex (5)
- Insan Cendekia (17)
- Jogjakarta (13)
- Rumah Kepemimpinan (5)
- Sedikit Ilmu (11)
- Sejarah (6)
- Sejaty (5)
- Serdadu Semut (4)
- Solo (3)
- Yogyakarta (2)
Blog Archive
Tentang Ahlus Sunnah wal Jama'ah : Ciri Pertama
Sebelum ita membahas pada ciri yang pertama, kita perlu tahu
apa itu Ahlus sunnah wal jamaáh?
Dari Sahabat ‘Auf bin Malik Radhiyallahu‘anhu, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Ummat Yahudi berpecah-belah menjadi 71 (tujuh puluh satu) golongan, maka hanya satu golongan yang masuk surga dan 70 (tujuh puluh) golongan masuk neraka. Ummat Nasrani berpecah-belah menjadi 72 (tujuh puluh dua) golongan dan 71 (tujuh puluh satu) golongan masuk neraka dan hanya satu golongan yang masuk surga. Dan demi jiwa Muhammad yang berada di tangan-Nya, sungguh akan berpecah-belah ummatku menjadi 73 (tujuh puluh tiga) golongan, hanya satu (golongan) masuk surga dan 72 (tujuh puluh dua) golongan masuk neraka.’ Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya, ‘Wahai Rasulullah, ‘Siapakah mereka (satu golongan yang selamat) itu ?’ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘al-Jama’ah.’”
Perlu diingat pula, 73 golongan yang dimaksud adalah induk
dari golongan-golongan yang telah kita kenal saat ini. Satu yang dimaksud
tersebut adalah berislam sebagaimana Nabi Muhammad dan para sahabat. Jadi Islam
Ahlus sunnah wal jamaáh adalah islam yang berdasarkan petunjuk Rasulullah, para
sahabat, dan ulama-ulama yang mengikuti Rasulullah dan para sahabat dengan
ihsan.
Nah, ciri-ciri Ahlus sunnah wal jamaáh itu kaya gimana sih?
Kita bahas yang pertama dulu ya, yakni PERTENGAHAN.
Dalam QS al-Baqarah ayat 143 yang artinya “Dan demikian
(pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam); umat pertengahan (yang adil dan
pilihan), agar kamu menjadi saksi atas
(perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan)
kamu. Kami tidak menjadikan kiblat yang (dahulu) kamu berkiblat kepadanya melainkan
agar Kami mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke
belakang. Sungguh, (pemindahan kiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang
yang telah diberi petunjuk oleh Allah, dan Allah tidak akan menyia-nyiakan
imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.”
Disebutkan kata-kata ‘umat pertengahan’, maksudnya adalah antara
berlebih-lebihan dan meremehkan, serta umat pertengahan itu selamat.
Contohnya :
Ada seorang ikhwan memakai celana cingkrang. Tak boleh langsung menghukumi
bahwa pakai celana cingkrang itu alirannya sesat. Sangat mudah menjudge
manusia. Padahal, hukum memakai celana diatas mata kaki adalah sunnah, agak
diturunkan itu mubah (boleh), dan di bawah mata kaki para ulama berbeda
pendapat.
Kuncinya apa?
Kita harus punya ilmunya terlebih dahulu. Maka dari itu,
dahulukan ilmu sebelum amal. Selain itu, kita harus paham apabila tidak berada
di pertengahan.
Bahayanya apa?
- Fanatik golongan dan kelompok
- Suka mencela dan menganggap sesat
- Suka berprasangka buruk
- Umur muda, namun ilmu sedikit dan akhlaqnya buruk.
Kepemimpinan Erdogan: Konteks Masa Kini Perjanjian Hudaibiyah
Dalam QS. Al-Fath yang artinya "Sungguh, Kami telah memberikan pada mu kemenangan yang nyata", sebagian tafsir menyatakan bahwa ayat ini turun pada saat:
Apa kaitannya dengan Erdogan?
Perpolitikan Turki masih tergolong muda. Muncullah Erbakan yang memiliki latar belakang seorang arsitek perusahaan mesin diesel berubah menjadi arsitek partai islam. Ia mendirikan NOP (National Order Party) yang bermetamorfosis menjadi partai lain untuk menghindari pelanggrana terhadap konstitusi sekularisme. Alhasil, NOP berubah menjadi JDP (National Order Party) pada tahun 2001. Di dalam JDP pun terpecah menjadi dua kelompok, yakni (1) Kelompok muda reformis yang kemudian berpisah dan mendirikan partai JDP di bawah pimpinan Erdogan , dan (2) Kaum tua tradisionalis yang diberi nama Sa’adah Party.
JDP yang dibawa Erdogan dipersilakan mengikuti Pemilihan Parlemen Turki yang berujung pada kemenangan telak. Berbekal prestasinya saat menjadi walikota Istanbul, publik percaya akan keberadaan Erdogan yang dapat membawa masyarakat Turki pada keadilan dan kesejahteraan. Terobosan-terobosan yang dilakukannya saat menjadi Perdana Menteri Turki, menjadikan kepercayaan publik semakin kuat.
Apa saja kunci kemenangan Erdogan?
- Peristiwa Fathu Mekkah
- Kemenangan atas Romawi
- Rasulullah saw kembali dari Hudaibiyah menuju Makkah untuk menunaikan ibadah umrah.
Apa kaitannya dengan Erdogan?
Perpolitikan Turki masih tergolong muda. Muncullah Erbakan yang memiliki latar belakang seorang arsitek perusahaan mesin diesel berubah menjadi arsitek partai islam. Ia mendirikan NOP (National Order Party) yang bermetamorfosis menjadi partai lain untuk menghindari pelanggrana terhadap konstitusi sekularisme. Alhasil, NOP berubah menjadi JDP (National Order Party) pada tahun 2001. Di dalam JDP pun terpecah menjadi dua kelompok, yakni (1) Kelompok muda reformis yang kemudian berpisah dan mendirikan partai JDP di bawah pimpinan Erdogan , dan (2) Kaum tua tradisionalis yang diberi nama Sa’adah Party.
JDP yang dibawa Erdogan dipersilakan mengikuti Pemilihan Parlemen Turki yang berujung pada kemenangan telak. Berbekal prestasinya saat menjadi walikota Istanbul, publik percaya akan keberadaan Erdogan yang dapat membawa masyarakat Turki pada keadilan dan kesejahteraan. Terobosan-terobosan yang dilakukannya saat menjadi Perdana Menteri Turki, menjadikan kepercayaan publik semakin kuat.
Apa saja kunci kemenangan Erdogan?
- Politik Non-Konfrontatif
- Politik keteladanan dan prestasi
Kepemimpinan: Tadabbur QS. Al-Baqarah: 246-252
Sepeninggal Musa As, risalah kenabian tidaklah terhenti atau putus. Estafet tersebut berlanjut dengan diutusnya para nabi setelahnya. Ada sepenggal cerita sebagai pembuka atas kelalaian berjihad di Jalan Allah, sehingga Dia membuat mereka terkatung-katung tak tentu arah. Hal inilah yang mungkin yang menjadi alasan dari beberapa
tokoh Bani Israil memacu diri menghadap Sang Nabi Penerus dan mendiskusikan mimpi tanah suci, serta perjuangan menuju ke sana
Terlihat jelas bahwa terdapat sifat manusia yang bermuka dua. Kepribadian ganda yang menyelinap pada diri mereka. Walaupun sudah ada beberapa yang tersadar, namun keadaan tidak bisa dikatakan normal. Masih hanyut pada ketidaknyamanan
Pada ayat diatas Allah memberikan penerangan bahwa akan ada pemimpin bagi Bani Israil. Ia tak disangka-sangka dapat terpilih menjadi seorang raja. Tentu nantinya akan muncul resistensi yang kuat. Pertolongan Allah yang diberikan sangat meyakinkan dan memiliki alur yang menegangkan.
“Apakah kamu tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani Israil sesudah Nabi Musa, yaitu ketika mereka berkata kepada seorang Nabi mereka, “Angkatlah untuk kami seorang raja supaya kami berperang (di bawah pimpinannya) di jalan Allah.” Nabi mereka menjawab, “Mungkin sekali jika kamu nanti diwajibkan berperang, kamu tidak akan berperang.” Mereka menjawab, “Mengapa kami tidak mau berperang di jalan Allah, padahal sesungguhnya kami telah diusir dari anak-anak kami?” Maka tatkala perang itu diwajibkan atas mereka, merekapun berpaling. Kecuali beberapa saja di antara mereka. Dan Allah Maha Mengetahui siapa orang-orang yang zhalim.” (QS. al-Baqarah [2]: 246)
Terlihat jelas bahwa terdapat sifat manusia yang bermuka dua. Kepribadian ganda yang menyelinap pada diri mereka. Walaupun sudah ada beberapa yang tersadar, namun keadaan tidak bisa dikatakan normal. Masih hanyut pada ketidaknyamanan
“Nabi mereka mengatakan kepada mereka, “Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu.” Mereka menjawab, “Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang dia pun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?” Nabi (mereka) berkata, “Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa.” Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas Pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui.” (QS. al-Baqarah [2]: 247)
Pada ayat diatas Allah memberikan penerangan bahwa akan ada pemimpin bagi Bani Israil. Ia tak disangka-sangka dapat terpilih menjadi seorang raja. Tentu nantinya akan muncul resistensi yang kuat. Pertolongan Allah yang diberikan sangat meyakinkan dan memiliki alur yang menegangkan.
Ayat diatas menjelaskan tentang kepribadian Thalut dengan kompetensi diri yang baik. Ia diharapkan dapat mengembalikan Tabut yang hilang. Tabut itu seperti apa? Ibnu Katsir pernah menjelaskan bentuk dari Tabut adalah kotak empat persegi panjang yang secara fisik juga merupakan peninggalan Musa dan Harun. Ada pula yang menyebutkan bahwa didalam Tabut terdapat ketenangan dari Tuhan, seakan-akan berisi kekuatan untuk Bani Israil.“Dan Nabi mereka mengatakan kepada mereka, “Sesungguhnya tanda ia akan menjadi raja, ialah kembalinya Tabut kepadamu. Di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun. Tabut itu dibawa malaikat. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda bagimu, jika kamu orang yang beriman.” (QS. al-Baqarah [2]: 248)
Maka tatkala Thalut keluar membawa tentaranya, ia berkata, “Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan suatu sungai. Maka siapa di antara kamu meminum airnya; bukanlah ia pengikutku. Dan barangsiapa tiada meminumnya, kecuali menceduk seceduk tangan, maka dia adalah pengikutku.” Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka. Maka tatkala Thalut dan orang-orang yang beriman bersama dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum berkata, “Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya.” Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata, “Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. al-Baqarah [2]: 249)
Thalut menyampaikan ujian atau seleksi pertama dengan onjek sungai. Thalut mengatakan, “Maka
siapa di antara kamu meminum airnya; bukanlah ia pengikutku. Dan
barangsiapa tiada meminumnya, kecuali mengambil seciduk tangan, maka dia
adalah pengikutku.” Alhasil, mereka yang lolos ujian ini sangat sedikit. Mereka (yang minoritas) berkeyakinan bahwa usaha adalah kunci dari segalanya. Berusaha dengan sekuat tenaga, tidak mengharapkan keduniaan dengan menjemput kemenangan yang dijanjikan oleh Allah.
“Tatkala Jalut dan tentaranya telah nampak oleh mereka, mereka pun (Thalut dan tentaranya) berdoa, “Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir.” (QS. al-Baqarah [2]: 250)
Doa tersebut muncul. Jalut dengan kuantitas tentara yang lebih dari Thalut, diperkirakan dapat mengalahkan Thalut. Pasukan Bani Israil yang dibawa Thalut memohon kesabaran dan kekuatan atas orang-orang kafir.
“Mereka (tentara Thalut) mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah dan Daud membunuh Jalut. Kemudian Allah memberikan kepadanya (Daud) pemerintahan dan hikmah (sesudah meninggalnya Thalut) dan mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya. Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian umat manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam.” (QS. al-Baqarah [2]: 251)
Tak disangka Daud Muda mencul ditengah pasukan Bani Israil dengan alat perang yang paling kecil, bahkan benda itu bukan termasuk alat perang. Jalut mati dengan cara yang hina hanya dengan sebuah batu kecil yang dilempatkan Daud.
“Itu adalah ayat-ayat dari Allah, Kami bacakan kepadamu dengan hak (benar) dan sesungguhnya kamu benar-benar salah seorang di antara nabi-nabi yang diutus.”(QS. al-Baqarah [2]: 252)Kisah nyata yang Allah berikan kepada Nabi Muhammad Saw sebagai tanda kerasulan dan membuktikan kekuasaan Allah. Kita wajib mempercayai kisah tersebut sebagai spirit yang nantinya dapat menjemput kemenangan. Kemenangan itu dekat, di depan mata. Kalau kata di film 5 cm, "Letakkan mimpimu 5 centimeter di depan keningmu". Gimana cara mencapainya? Raihlah dengan ikhtiar dan taat.
Tag :
Rumah Kepemimpinan,
Yogyakarta,
LP DAYS
"Pengalaman adalah guru yang paling berharga. Belajar arti kesabaran dan keikhlasan dari mereka yang cinta pada agama Allah."
---
Malam minggu adalah momen dimana
sebagian besar individu menggunakannya untuk refreshing. Baik bersama keluarga, teman, atau dengan dirinya
sendiri. Keluarga adalah tempat paling nyaman untuk mencurahkan segala suka dan
duka akan aktivitas yang telah kita lakukan. Teman adalah sosok yang pernah
kita kenal dan menjadi bagian dari masyarakat disekitar kita. Sedangkan diri
sendiri adalah pribadi/invividu seseorang dimana dirinya sendiri yang
mengetahui keadaan hati dan pikirannya.
Kali ini, akan ku ceritakan momen
malam minggu yang penuh keceriaan. Kala itu aku bersama sahabat-sahabatku pergi
ke suatu desa pada pukul 14.00 WIB. Dalam perjalanannya ada yang menyusul
karena masih ada urusan dan ada yang pergi terlebih dahulu karena untuk
memastikan tempat telah siap digunakan. 14 Januari 2017, merupakan pertengahan
bulan dengan lika-liku yang telah terjadi. Paginya, aku harus memilih antara
memberikan sambutan untuk siswi SMA MTA Surakarta atau mengikuti briefing LP Days. Aku memutuskan untuk mengikuti briefing karena
posisiku saat itu berada di bagian perlombaan, agar di teknis nanti berjalan
sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Setelah briefing selesai, aku
bertanya kepada kawanku yang ikut menyambut tadi, “Udah selesai belum?” Katanya
sudah selesai dan foto telah terkirim di grup, sehingga ku putuskan untuk
kembali ke asrama.
Selepas sholat dzuhur, ku lakukan
aktivitas seperti biasa, membiasakan tilawah setidaknya satu lembar. Keadaan
tidak mendukung dan memmaksaku untuk mengistirahatkan otak. Tak kuat menahan
sakit kepala, karena jadwal makan masih nanti sore. Waktu menunjukkan pukul
13.30 dimana setengah jam lagi kita harus berangkat ke desa. Waktu berjalan dan
aku terbangun karena mimpi yang tidak bisa diceritakan. Sahabatku menyuruhku
untuk segera bersiap diri dan berangkat ke desa tersebut. Kulihat sudah pukul
14.30 WIB dan aku masih bersantai, merasakan de javu dan masih terbayang mimpi.
Desa yang kami gunakan adalah
Desa Kiyaran dan Desa Plagrak, dimana kita menghabiskan weekend dengan membaca iqra’dan al-qurán dengan adik-adik disana.
Kebutulan agenda LP Days diadakan di Desa Kiyaran, sehingga sebagian dari kita
harus menjemput adik-adik dari Desa
Plagrak. Bahagianya mereka saling mengenal, tidak memandang aku dari mana. Namanya
juga anak kecil, dengan cara apapun asal mereka bahagia, pasti dilakukan.
Senangnya lagi, adik-adik tidak merasa sungkan untuk berkenalan dan
bercengkerama dengan kita.
Adzan ashar telah dikumandangkan,
segera kami mendirikan sholat, dan memulai agenda LP Days. Ketua LP Days,
Rohmad Nur Wijayanto, memberikan arahan bagaimana hal ini dan itu dilakukan.
Pukul 16.00 WIB, sesuai briefing tadi
pagi, kami mengadakan edukasi untuk adik-adiknya agar tidak minder saat
perlombaan berlangsung. Ada 3 jenis perlombaan, yakni lomba mewarnai untuk
semua umur, lomba menghafal surat pendek dan doa sehari-hari untuk kelas 1
SD-SMK, serta lomba adzan khusus laki-laki. Juri yang menilai adalah
sahabat-sahabat ku yang memiliki kemampuan di bidang tersebut.
30 menit berjalan dengan baik.
Kami mulai ploting sumberdaya manusia siapa yang berada di bagian perlombaan
mana. Sempat terjadi miskomunikasi di bagian mewarnai. Namun, para pembantu LP
telah merancang plan B untuk diterapkan. Semua berjalan dengan baik dan tetap
merekahkan senyum di bibir adik-adik.
Sebelum perlombaan dimulai |
Lomba Hafalan surat pendek dan doa sehari-hari |
Lomba mewarnai |
Pengumuman pemenang akan
diumumkan setelah menjalankan ibadah maghrib. Sebelum mengumumkan siapa
pemenangnya, seperti biasa adik-adik sudah siap dengan iqro atau al-quránnya.
Dalam benak saya, merasa tersentuh akan kebiasaan adik-adik disini yang mengaji
selepas menjalankan sholat maghrib. Setidaknya memberikan kesadaran dalam diri,
harus dijadikan kebiasaan bahwa setiap selesai sholat mengusahakan membaca al-quran
walau hanya satu ayat.
Forum untuk mengumumkan kejuaraan
dimulai denga pembukaan sebagai penyemangat dari sahabat-sahabat ku. Ku
menunggu di serambi masjid bersama Ulfah dan Muthia. Bercerita berbagai hal
sembari menunggu pengumuman kejuaraan tersebut.
Saat satu per satu nama disebut,
ku segera masuk masjid dan mendokumentasikannya.
Tag :
Rumah Kepemimpinan,
Yogyakarta,
BERTANYA
Sebelumnya, perkenalkan aku dengan sebutan A dan seseorang disampingku dengan sebutan N. Kami bertemu di pelataran toko yang hendak mencari kehangatan jiwa. Aku asli penduduk kota S yang ingin merasakan hidup diluar rumah. Sedangkan N, berasal dari pedesaan yang ingin merasakan hidup di kota metropolitan.
A : *sedang berkhayal*
N : "Sudahlah N, cukupkan dirimu atas bayang-bayang yang tiada guna itu."
A : "Aku berusaha menghilangkan dari otak, namun kotoran itu terus menempel dalam diri."
N : "Kau membuang waktumu dengan hal bodoh."
A : "Ini bukan hal bodoh."
N : "Dari mana kamu tahu itu bukanlah hal bodoh?"
A : "Lalu darimana pula kau paham bahwa itu hal bodoh?"
N : "Kau cerdas, namun kau lemah."
A : "Sudahlah..."
Aku dan N diam selama 8 menit 45 detik. Aku memperhatikan N yang sedang berkomat-kamit mengatakan banyak hal. Aku berkali-kali berusaha memahami apa yang diucapkan, namun tak bisa memecahkan aktivitas apa itu.
N : "Kenapa kau memperhatikanku seperti itu?"
A : "Tidak, aku hanya melihat kearah sana." *sambil menunjuk ke arah pohon besar*
N : "Hmm, tak peduli."
A : "Kenapa ya ketika aku mencintai sesuatu, justru tak tahu apakah aku akan meraihnya? Kenapa ya setiap kali aku berharap, kemungkinan pencapaian itu sangat minim? Kenapa ya ... Kenapa ya ... *hingga 20 kali pertanyaaan*
N : *masih berkomat-kamit*
A : *mulai mengantuk*
N : " Mengapa kau menanyakan hal yang dirimu sendiri bahkan tidak tahu kelanjutan hal itu?"
A : *mengerutkan dahi*
N : "Apa kau tak malu dengan perkataanmu tadi, ketika semua baik-baik saja?"
A : *bertanya dalam diri* "Bodoh memang..."
N : "Bodoh memang."
N mengakhiri aktivitas komat-kamitnya dengan mengusapkan kedua telapak tangannya ke seluruh muka. Aku melihat hidupnya seakan berjalan bak air yang tenang , namun mendalam dan memiliki banyak makna. Berkaca pada diriku yang masih memerlukan dampingan dalam setiap gerakku. Mencoba belajar kebaikan kecil yang dilakukan oleh temanku, N.
N : "Aku tak tahu seberapa kuatnya aku menanggung beban hidup dalam keseharianku. Aku sadar, aku membutuhkan banyak raga menyentilku masuk dalam lubang penuh perjuangan. Meratapi hal yang tak seharusnya terjadi, bukanlah solusi untuk keberlanjutan yang lebih baik."
A : "Hmm, menarik." *dengan wajah tak peduli*
N : "Kau hanya bisa berusaha, berdoa, menyerahkan segala usaha, ikhlas, sabar, dan tak berprasangka buruk pada-Nya, Yang Memberikan Nafas dan Mengatur Kehidupan kita."
A : "Aku menyadari aku salah dalam berprasangka."
N : "Lantas mengapa masih kau lakukan?"
A : "Aku hanya ingin baik sangka atas apa yang telah kulakukan selama ini."
N : "Hentikan hal itu. Kau berlebihan dalam menyampaikan sangka, kau membuat susah hidupmu, kau ratapi sendiri, hingga kau tak memiliki acuan dalam berbuat selanjutnya."
Seketika aku sakit kepala dan muntah.
N : "Kau kenapa?"
A : "Sampai kapan aku begini...?" *sembari batuk dan tak kuat untuk berjalan, pergi ke tempat yang memiliki cahaya terang lagi tenang.
Pada-Mu aku berserah diri...
A : *sedang berkhayal*
N : "Sudahlah N, cukupkan dirimu atas bayang-bayang yang tiada guna itu."
A : "Aku berusaha menghilangkan dari otak, namun kotoran itu terus menempel dalam diri."
N : "Kau membuang waktumu dengan hal bodoh."
A : "Ini bukan hal bodoh."
N : "Dari mana kamu tahu itu bukanlah hal bodoh?"
A : "Lalu darimana pula kau paham bahwa itu hal bodoh?"
N : "Kau cerdas, namun kau lemah."
A : "Sudahlah..."
Aku dan N diam selama 8 menit 45 detik. Aku memperhatikan N yang sedang berkomat-kamit mengatakan banyak hal. Aku berkali-kali berusaha memahami apa yang diucapkan, namun tak bisa memecahkan aktivitas apa itu.
N : "Kenapa kau memperhatikanku seperti itu?"
A : "Tidak, aku hanya melihat kearah sana." *sambil menunjuk ke arah pohon besar*
N : "Hmm, tak peduli."
A : "Kenapa ya ketika aku mencintai sesuatu, justru tak tahu apakah aku akan meraihnya? Kenapa ya setiap kali aku berharap, kemungkinan pencapaian itu sangat minim? Kenapa ya ... Kenapa ya ... *hingga 20 kali pertanyaaan*
N : *masih berkomat-kamit*
A : *mulai mengantuk*
N : " Mengapa kau menanyakan hal yang dirimu sendiri bahkan tidak tahu kelanjutan hal itu?"
A : *mengerutkan dahi*
N : "Apa kau tak malu dengan perkataanmu tadi, ketika semua baik-baik saja?"
A : *bertanya dalam diri* "Bodoh memang..."
N : "Bodoh memang."
N mengakhiri aktivitas komat-kamitnya dengan mengusapkan kedua telapak tangannya ke seluruh muka. Aku melihat hidupnya seakan berjalan bak air yang tenang , namun mendalam dan memiliki banyak makna. Berkaca pada diriku yang masih memerlukan dampingan dalam setiap gerakku. Mencoba belajar kebaikan kecil yang dilakukan oleh temanku, N.
N : "Aku tak tahu seberapa kuatnya aku menanggung beban hidup dalam keseharianku. Aku sadar, aku membutuhkan banyak raga menyentilku masuk dalam lubang penuh perjuangan. Meratapi hal yang tak seharusnya terjadi, bukanlah solusi untuk keberlanjutan yang lebih baik."
A : "Hmm, menarik." *dengan wajah tak peduli*
N : "Kau hanya bisa berusaha, berdoa, menyerahkan segala usaha, ikhlas, sabar, dan tak berprasangka buruk pada-Nya, Yang Memberikan Nafas dan Mengatur Kehidupan kita."
A : "Aku menyadari aku salah dalam berprasangka."
N : "Lantas mengapa masih kau lakukan?"
A : "Aku hanya ingin baik sangka atas apa yang telah kulakukan selama ini."
N : "Hentikan hal itu. Kau berlebihan dalam menyampaikan sangka, kau membuat susah hidupmu, kau ratapi sendiri, hingga kau tak memiliki acuan dalam berbuat selanjutnya."
Seketika aku sakit kepala dan muntah.
N : "Kau kenapa?"
A : "Sampai kapan aku begini...?" *sembari batuk dan tak kuat untuk berjalan, pergi ke tempat yang memiliki cahaya terang lagi tenang.
Pada-Mu aku berserah diri...
Tag :
curhat,
Jogjakarta,
Popular Post
-
Taman Siswa P erguruanku Hiduplahmu S emerdekanya Taman Siswa J antung H atiku Bersinarlah S emulianya Dari Barat S ampai ke Ti...
-
Entah kenapa nemu tulisan ini di catatan gue pas jaman-jaman MTs. Sumpeh ini galao abis. Entah kapan pula gue nulis beginian. Nggak tau pula...
-
Tirakatan adalah tradisi unik yang khas ditemui di Jawa dan Bali. Tradisi ini tidak ada kaitannya dengan suatu paham religiusitas tertentu ...