- Back to Home »
- Jogjakarta , Rumah Kepemimpinan »
- #RESUMESEPTEMBER
Posted by : Annisa Nur PS
Sabtu, 01 Oktober 2016
Kajian
Aqidah
oleh
Ust. Afifi Abdul Wadud, BA.
Ketika kita menghitung
nikmat Allah, pasti kita tidak akan bisa menghitungnya. Ketaatan adalah bagian
rasa syukur kepada Allah, dan karena kita tiadk mungkin bisa untuk
memaksimalkan syukur kita, maka hendaknya kita mengiringi ketaatan kita dengan
istighfar. Perbanyaklah memohon ampun kepada Allah, karena kita tidak bisa
maksimal dalam mensyukuri nikamt Allah. Nikmat yang kita ketahui, yang kita
syukuri saat ini, belum tentu kita maksimal mewujudkan raa syukur tersebut.
Sedangkan nikmat yang tidak kita ketahui dan kita rasakan, bisa jadi kita tak
menyadari akan nikmat itu.
Apabila kita melihat
perjalanan dakwah Rasulullah SAW, dari awal hingga akhir diliputi
kesulitan-kesulitan dalam dakwah. Nabi SAW mengorbankan harta, waktu, tenaga, dan
kehormatan untuk dicaci maki orang lain, namun Nabi SAW tidak menanggapinya.
Nabi yakin, mereka akan diberikan hidayah oleh Allah dengan sebenar-benarnya. Dijelaskan
dalam QS an-Nashr ayat 1-3, ketika Allah memberikan kemenangan kaum muslim
berupa Fathul Makkah, Allah memerintahkan untuk ber-istighfar kepada Allah. Hal
ini bertujuan agar kita senantiasa mengingat kekurangan dalam diri, dibersamai
dengan meningkatnya ketaatan diri kita. Dampak positif yang didapat adalah
terhindar dari sifat ujub, sombong, menjadikan hamba yang tawadlu’ dihadapan
Allah dan dihadapan manusia.
Kalimat ucapan dari
seorang pendahulu sholeh, yang berbunyi : Aku tidak tahu, diantara dua nikmat
ini, mana yang lebih utama, karena begitu besarnya dua nikmat tersebut?
1. Allah
memberikan aku hidayah Islam
Islam
merupakan nikmat yang tak terkira. Karena kita telah diselamatkan dari
kekafiran. Seseorang yang diberikan hidayah Islam berarti telah mendapatkan
nilai yang malal. Melihat Rasulullah menawarkan Islam untuk manusia, beliau
harus membayar mahal demi tersebarnya hidayah Islam. Harga dakwah yang
disampaikan sangatlah mahal. Jaminan kebahagiannya adalah iman dan islam berada
dunia dan di akhirat.”Qod aflahal mu’minuun”, sungguh beruntunglah orang-orang
yang beriman. Maka, kebahagian yang hakiki hanyalah bersama dengan Islam.
Tidak
ada perselisihan diantara manusia dan semua sepakat mengejar kebahagiaan.
Kebahagiaan ini bukan sekedar untuk bahagia di dunia saja, namun hakikat kebahagiaan
yakni, tercapainya ketenangan di hati dan kelapangan di jiwa. Tidak seperti
fatamorgana dunia, yaitu dari jauh terlihat mengkilat dan indah, namun ketika
mendekat tidak ada apa-apa. Jangan seperti fatamorgana yang merupakan
pemandangan yang semu. Oleh karena itu, letak kebahagiaan berada di hati yang
dipenuhi dengan keimanan. Iman akan membawa hati menuju ketenangan dan mendapat
kelapangan jiwa.
Apakah
orang yang sudah memiliki banyak harta, menandakan bahwa ia sangat bahagia?
Lakukanlah riset mengenai hal tersebut, sehingga kau akan lebih bersyukur akan
nikmat Allah yang telah diberikan kepadamu.
Manusia
tidak lepas dari dua perkara, yakni diantara perkara baik dan perkara buruk.
Sebagi contoh, ketika lolos tes dan masuk di perguruan tinggi favorit, ia
mendapatkan perkara yang baik dan buruk. Perkara buruk itu ia dapatkan ketika
tidak maksimal dalam melakukan hak dan kewajibannya sebagai mahasiswa. Apapun
yang terjadi, semua manusia diantara dua hal itu. Namun, seorang mukmin itu
semua perkaranya itu baik. Ibaratnya ketika mendapatkan sampah yang menyuahkan,
akan dapat diubahnya menjadi emas yang berharga.
Ketika
seorang mukmin mendapatkan kelapangan, kenikmatan, maka ia bersyukur dan itu
adalah hal baik baginya. Dan ketika seorang mukmin mendapatkan kesulitan, maka
ia bersabar dan itu adalah hal baik baginya, sehingga semua perkaranya baik
karena ia berada dalam keadaan syukur dan sabar. Syukur dan sabar adalah dua
hal yang tidak dapat dipisahkan. Kedua hal tersebut juga memiliki pahala yang
besar. Bersyukur dengan nikmat yang diberikan Allah, baik itu yang dianggap
baik maupun buruk menurut kita. Bersabar dalam keadaan apapun yang terjadi
dalam kehidupan kita. Bersabar akan membawa pada ketenangan yang hakiki dan hal
itu didapat dengan memiliki iman.
Apa
yang akan kau lakukan apabila datang ke kampung akhirat tanpa membawa iman dan
islam? Kau tak bisa lakukan apapun, karena ketika kiamat datang, harta,
keluarga, sahabat, maupun rekan kerja tidak lagi berguna. Apabila bekal agama
yang dibawanya sangat sedikit, tanpa memikirkan Allah selama hidup di dunia dan
difokuskan pada hal-hal yang musyrik, maka pada saat itu pula Allah tidak
menerima tebusan dalam bentuk apapun. Ketika menjual agama, hanya mengejar
harta dan kekuasaan, mengorbankan agamanya, sesungguhnya itu merupakan harga
yang murah.
Dalam QS al-Haqqah ayat
28,
Artinya
: “Hartaku sekali-kali tidak memberikanmanfaat padaku.”
Merugilah
orang-orang yang tidak mengingat Allah sekalipun, merugikan diri sendiri dan
keluarganya di akhirat. Kehidupan di dunia hanyalah sedikit dan sejatinya penuh
dengan kesulitan. Kampungnya berupa ujian-ujian yang menguji kita untuk terus
bersabar dan husnudzan pada Allah. Hakikat menikmati hidup adalah segala
sesuatu yang dimakan akan habis, yang dipakai akan hilang, dan yang di
shodaqohkan akan kekal. Semua terlihat nikmat, namun itu tidak akan kekal.
Ketahuilah bahwa ketika kamu dicelupkan di neraka, maka hilanglah semua
kenikmatan.
Allah
menciptakan kita adalah untuk beribadah. Silakan kau bertebaran dimana saja,
asalkan kau bertanggung jawab dengan apa yang kau pegang. Buatlah semua makhluq
tunduk kepada Allah. Memang hal ini sulit dilakukan, karena hidayah untuk
berislam sangatlah mahal. Apabila kau ingin tau tentang hidayah, belajarlah
kepada sahabat Nabi yang bernama Salman, yang merupakan anak walikota yang
dipingit dan rela tinggalkan keluarganya untuk berhijrah, hingga akhirnya
bertemu dengan Rasulullah SAW. Akhir dari melalangbuana yang panjang dan meninggalkan
majusinya.
2. Allah
tidak menjadikan aku diantara oraang-orang Haruri
Haruri
adalah khawarij yang pada saat itu merupakan ahlul bid’ah. Bid’ah merupakan aliran sesat dan bukan merupakan nikmat,
karena harapan untuk kembali ke pemikiran yang lurus sangatlah sulit. Bid’ah
lebih dicintai iblis daripada maksiat. Pelaku bid’ah susah bertaubat, karena
merasa benar dengan adanya petunjuk dari Allah. Padahal, ia berada pada
kesesatan dunia dan merasa melakukan hal terbaik dalam hidupnya. Mereka adalah
orang yang sesat dalam dunianya, tetapi mengaku telah melakukan yang terbaik
dalam hidupnya. Timbulnya kesesatan disebabkan oleh :
·
Rusaknya niat; tidak jujur, dan
lain-lain.
Ia memiliki potensi yang dapat
merusak niat
·
Salah pembimbing.
Orang yang telah bertahun-tahun
belajar al-qu’an dan sunnah, namun ketika kembali ia menghina Rasulullah. Ingatlah
bahwa pemikiran yang lurus adalah hal termahal.
Dunia penuh dengan fitnah, akan muncul fitnah-fitnah, bahkan Nabi SAW menggambarkan fitnah bagaikan kotoran di malam gelap gulita, bagaikan gelombang lautan yang sangat dahsyat, atau seperti rintikan hujan yang merata dimana-mana. Maka orang tidak akan selamat dari fitnah, kecuali orang yang benar-benar berbekal dengan cahaya yang ditandai dengan banyaknya ilmu-ilmu, kemudian diperkuat dengan iman, agar ditengah-tengah badai fitnah dapat terhindar dari dua fitnah, yakni fitnah syahwat dan fitnah syubhat. Syahwat adalah segala hal yang merusak hati, sehingga menghalangi ketaatan. Sedangkan syubhat adalah segala hal yang merusak akal pikiran, sehingga tidak lagi memandang hakikat kebenaran.
Popular Post
-
Taman Siswa P erguruanku Hiduplahmu S emerdekanya Taman Siswa J antung H atiku Bersinarlah S emulianya Dari Barat S ampai ke Ti...
-
Entah kenapa nemu tulisan ini di catatan gue pas jaman-jaman MTs. Sumpeh ini galao abis. Entah kapan pula gue nulis beginian. Nggak tau pula...
-
Tirakatan adalah tradisi unik yang khas ditemui di Jawa dan Bali. Tradisi ini tidak ada kaitannya dengan suatu paham religiusitas tertentu ...