Posted by : Annisa Nur PS Selasa, 23 Agustus 2016

Aku tak menyangka bisa bertemu dengan seseorang sepertimu. Kau adalah orang yang kuat dan menguatkan. Kau bisa menempatkan sesuatu pada tempatnya. Kau tak membeda-bedakan dengan siapa kau akan berteman, karena sejatinya pertemanan itu akan mengikatkan kita hingga akhir. Aku yakin kau memiliki musuh yang banyak. Namun kau bisa menjadikan mereka sebagai pengikutmu, bahkan sahabatmu. Tak habis pikir aku denganmu dengan penuh kesabaran menghadapi hal semacam itu.

Kau datang jauh-jauh dari negeri para pahlawan. Berjuang untuk menjalankan kewajibanmu sebagai manusia. Manusia yang tentunya bermanfaat untuk lingkungannya. Aku yakin, kau memiliki banyak harapan di kota yang penuh akan kerinduan ini. Kompetisi yang kau jalani tak boleh menghalangimu untuk terus bersyukur pada Allah, karena Dia lah yang telah membawamu ke tempat ini.

Tak bisa berkutik sedikit pun. Kau berjalan dengan seseorang yang -entah- aku merasa ingin berteman dengannya, namun terhalang oleh sesuatu. Kaget adalah hal yang wajar dan tak bisa dihindari. Betapa pun aku melemah dan hampir tak sadarkan diri. Bagaimana mungkin kau bersama seseorang yang mengganjal di diriku? Mungkin aku hanya berimajinasi. Aku yang terlalu banyak berpikr negatif, hingga ku tak sadar bahwa seseorang itu juga membutuhkan kehangatan.

Keegoisan ini semakain meningkat tatkala seseorang yang bersamamu tak menjawab pertanyaanku. Sakit hati tentu menghiasi psikis ini. Mana mungkin aku bisa sekuat kamu. Sayatan hati dan pikiran ini membuatku semakin berbuah masam. Tak ada umpan balik yang positif yang kuberikan pada teman kamu itu. Seakan akulah yang paling baik. Oh, akulah yang sebenarnya hina. Menyapanya saja, aku tak ingin. Maafkan aku wahai kau yang kuanggap bermuka kejam.

Kembali lagi dengan aktivitasmu yang bergitu penuh. Aku tak menyangka kau bisa se tegar ini. Mengatur waktu yang diberikan Allah dengan sebaik-baiknya. Aku tahu, kita sama-sama memiliki waktu 24 jam. Kamu memiliki berkarya, aku masih berusaha membuat karya. Wahai kau yang telah kutemui dan ku lihat, ajari aku dimanapun kita berada. Sebentar lagi kau akan kembali di tanah kesayanganmu.

Hai angin, bilamana aku belum diijinkan oleh Allah untuk berjumpa kembali, maka sampaikan salam rinduku padanya. Ku tak tahu kapan lagi akan berjumpa. Namun, aku berharap, kita sama-sama akan berjumpa kembali di surga-Nya.

Melihatmu,

asinsekali

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Popular Post

- Copyright © Mampukah kita melintasi dahsyatnya badai kehidupan? - Skyblue - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -