Posted by : Annisa Nur PS Selasa, 26 Juli 2016

Asrama Srikandi RK 8 Yogyakarta, 26 Juli 2016 23.30 WIB

---

Melewati dinginnya malam, aku bersandar di dinding yang akan roboh. Aku mencoba mengajak bercengkerama, namun ia tetap diam saja. Aku pun juga memutuskan untuk diam sejenak. Menikmati hembusan angin yang menusuk dadaku. Birunya langit membawaku pada kedamaian hati, karena ia ditemani oleh bintang-bintang yang berkelip terang. Lantas, aku ditemani siapa?

Gelap terang telah kulalui dengan perasaan sepi. Apa yang kurang dari diri ini?

Kemudian aku tersadar akan pengalaman menarik yang tak akan kulupakan kembali. Hidup tiga tahun bersama teman, saudara, bahkan keluarga yang sedang bersama-sama berjuang di jalan-Nya. Tak terasa tiga tahun yang sarat akan makna itu berlalu. Kami berpisah ruang dan waktu di bumi Allah yang indah ini. Aku takut mereka kedinginan. Aku tak tega melihat mereka hidup dalam kerasnya arus globalisasi. Aku pun merasa butuh mereka.

Saat ini, aku dan mereka berada pada masa penuh kompetisi. Semua orang berlomba-lomba mencari jati dirinya. Mencoba hal ini, tak cocok. Mencoba hal itu, juga tak cocok. Ikut-ikut gaya orang lain, tak mempan dilakukan. Tak ikut-ikut gaya orang lain, aku bisa apa?
Bagaimana pula dapat setia pada langkah yang dipilih? Apa yang salah dengan aktivitas ini?

Semua itu dilakukan dengan meniti tangga dan terus berjalan. Mencari di kegelapan untuk mendapatkan cahaya yang benderang. Mengais sisa-sisa harapan untuk menyempurnakannya menjadi harapan baru. Segalanya telah tersusun rapih, namun hal ini masih ada kejanggalan. Kejanggalan yang membuatku tak mampu menjalani apapun yang telah disusun dan terhenti seketika

Well.

Tersadar disaat sujud terakhir di sepertiga malam terakhir. Aku butuh kehangatan dan diingatkan. Apapun bentuknya, akan ku hadapi, karena hal ini merupakan salah satu dorongan yang bisa membawaku untuk melangkah dengan pasti. Dorongan yang tak sekedar mendorong cepat dan lihai saja. Terdapat sisi dimana aku harus terus berjalan, ketika dorongan itu tak lagi ada. Setiap dorongan pasti tak selamanya kuat, sehingga aku berkeras kepala untuk melangkah bertemu mimpi indah itu.

Tapi yakin nggak dengan dorongan yang diberikan itu?

Why not? Aku ada karena mereka ada. Tanpa mereka, dorongan mana lagi yang aku dapatkan selain mengharap pertolongan dari Allah semata. Jadi, masih yakin buat egois? Perjuangan tak sebercanda itu sayang. Segera kau putuskan dimana kau akan berjalan, dengan siapa kau akan berjuang, dan untuk apa kau bersikeras untuk memperjuangkan itu?


Manusia yang butuh diingatkan,

Annisa Nps

{ 3 komentar... read them below or Comment }

Popular Post

- Copyright © Mampukah kita melintasi dahsyatnya badai kehidupan? - Skyblue - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -