Mampukah kita melintasi dahsyatnya badai kehidupan?

Malam ini Sang Ratu merasa bahagia yang tak kunjung berakhir. Ia bertemu dengan sosok yang dianggapnya pangeran. Sang Pangeran datang secara tiba-tiba di istana Sang Ratu. Sang Ratu tersipu malu ketika pangeran mengucapkan salam dan meminta ijin untuk masuk istana. Tak ada angin, tak ada hujan. Bulan pun dikelilingi oleh bintang-bintang yang berkerlip.
"Maafkan saya terlambat datang, Nona." ucap pangeran.
"Oh, tidak masalah." jawab ratu. "Ohya, panggil saya Putri, saya sebaya dengan mu." sambung Sang Ratu.
"Hmm baiklah Putri. Panggil saya Jaka." balas pangeran.

Mereka bercakap selama 2 jam lamanya. Senyum, canda, dan tawa diungkapkan bagai tak ada beban. Kesenangan yang tak tahu berujung sampai mana. Kelalaian yang tak tahu akan berdampak apa. Semua hal itu membuat mereka terbawa arus deras kehidupan. Mereka lupa, jika ada saudara yang memerlukan bantuan. Mereka hampir hilang ingatan akan kehidupan di sekitarnya. Mereka bingung harus meminta tolong pada siapa.

Tak ada yang memberikan solusi yang bisa menyelesaikan masalah tersebut. Mereka terdiam lama hingga pagi menyambutnya dengan kabut yang gelap. Padahal mereka terkenal dengan kecerdasannya, namun tak dapat memberikan solusi untuk masalah ringan ini. Pada akhirnya, mereka hanya berdo'a. Memohon Sang Pencipta Alam ini untuk memberikan petunjuk. Jalan mana yang akan ditempuh untuk merubah keadaan ini. Keadaan yang semula baik-baik saja, seketika berubah menjadi serangan tiba-tiba.

Sayang beribu sayang, Jaka pergi meninggalkan Putri dan tak ada solusi yang menjadi kesepakatan. Putri merasa lelah memikirkan hal ini sendiri. Putri paham, sikap Jaka yang hanya mengandalkan senyum, sehingga tak mampu mengalahkan serangan itu. Putri berjalan sendirian, pun juga Jaka berjalan dengan sendiri. Satu hal yang mereka lupakan, yakni lupa untuk saling mengingatkan hal baik di pagi buta. Apakah ada hal buruk yang akan mereka hadapi?