Posted by : Annisa Nur PS Jumat, 01 April 2016



Semenjak ku menginjakkan kaki di kota pelajar ini, tak ada keyakinan untuk memulainya. Orang terdekatku berada jauh diujung sana. Ia sedang berjuang di tempatnya agar kita bisa bertemu kembali di bagian lain bumi Allah. Kita hanya bertegur sapa lewat sosial media yang sedang booming. Tanpa kita sadari, ada hal yang terlewatkan untuk dilakukan. Kita belum menceritakan keadaan sekitar seperti apa. Mengganggukah di dalam perjuangan mencari ilmu? Atau sangat mendukung dalam proses memperbaiki diri?

Aku akan bercerita sedikit untukmu, wahai kau yang jauh disana.

Selama enam bulan aku mengais ilmu, banyak lika-liku untuk menjalaninya. Mereka tak henti-hentinya mengikutiku dan berusaha menggoyahkan hati ku agar berbelok ke jurang yang amat dalam. Sepertinya ada yang terlewatkan saat aku beraktivitas di kota tercinta ini. Beberapa minggu aku belum menemukan obat untuk menyembuhkan penyakit hati ini. Lantas aku mengobatinya dengan tidur dan tidur sepanjang waktu luang. Coba banyangkan, tak ada esensi nya aku hidup di tanah yang (katanya) bisa mencari ilmu di setiap langkahmu! Aku masih merenungi nasib yang tak tau arahnya kemana.
Saat aku berjalan dengan tenang, ada sosok yang membuatku menjadi terpacu untuk berlari lebih jauh lagi. Maaf, bukan berarti aku mengesampingkan dirimu, hanya saja, aku butuh pengingat disaat aku lengah. Kau tau sendiri bukan, jikalau kau tak selamanya memegang ponsel hanya untuk menghubungiku? Aku berfikir bahwa kamu mulai mencintai ranah yang kau geluti.
Kembali ke sosok itu. Ia bernama ****. Kau bisa membuka sandi itu dengan kode yang pernah kita buat dahulu. Secara tidak langsung, ia menyemangatiku dengan caranya. Mungkin jika orang lain yang pertama kali mengenalnya, akan merasa risih karena sikap nya yang terlihat angkuh. Namun, ketika kau sudah merasa akrab, tak akan menghindar walau satu detik. Kapan-kapan saja ya aku bercerita tentang dia.
Intinya ia telah mengembalikan semangatku untuk mencapai cita-citaku. Walaupun ia sedikit merendahkan apa yang kuinginkan nantinya. Tapi satu hal yang membuatku menjadi tenang, yakni dekat dengan Al-qur’an. Melalui sosok itu, Allah telah berhasil membuatku untuk jatuh cinta lagi dengan Al-qur’an yang selama itu menjadi aktivitas sampingan. Harusnya kita senantiasa menjadikan Al-qur’an sebagai hiasan dalam kehidupan kita. Bacalah! Dan yakinlah, dengan membaca ayat-ayat-Nya, niscaya hatimu akan tenang.

Sepenggal kisahku dengan sosok yang kukagumi hingga detik ini aku mengetik huruf ini. Kita sama-sama sedang berjuang untuk diri yang lebih baik. Saling mendo'akan saja yaa kawan. Kau jauh disana, tak berarti hati ini juga menjauh.

Salam,

asinsekali

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Popular Post

- Copyright © Mampukah kita melintasi dahsyatnya badai kehidupan? - Skyblue - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -