Posted by : Annisa Nur PS Sabtu, 20 Juni 2015

Baru dua hari, Adinda berpisah dengan teman-teman kuliahnya di Perancis. Ia adalah mahasiswi kesayangan dosen karena berperilaku sopan. Sehingga, dengan mudah ia menjadi asisten dosen dibarengi dengan menggondol banyak prestasi. Mungkin ini bukan mimpi atau cita-cita selama kuliah. Bahkan saat masih di Indonesia, ia banyak belajar dari pengalaman kakak tingkatnya yang bekerja paruh waktu di restoran, hotel, dan lain-lain.

Sebut saja Winda, teman paling akrab Adinda. Mereka bertemu di stasiun saat berangkat kuliah. Hingga kini, mereka tetap berkomunikasi walau Winda masih kuliah di negeri sejuta model itu. Mereka ditakdirkan di satu fakultas, namun berbeda jurusan. Sehingga, banyak kegiatan kampus yang dilakukan bersama-sama. Satu lagi, mereka berasal dari Indonesia.

Yogyakarta, salah satu kota di Indonesia yang terkenal dengan batiknya. Ia sangat merindukan kota kelahirannya itu. Sejenak ia berpikir, kenapa ia tak memilih kuliah di Indonesia? Padahal di kota pelajar ini, banyak universitas yang mampu bersaing di dunia internasional juga. Saat pun ia SMP, ia  berharap bisa masuk di salah satu universitas negeri di Yogyakarta, apapun universitasnya yang penting bisa masuk negeri. Tak disangka, Sang Kuasa berkehendak lain, ada saudara yang menawarkan kuliah di Perancis dan Adinda bisa tembus masuk.

Tak hanya belajar. Ia juga mempunyai banyak kisah tentang perdebatan, perkelahian, persahabatan, hingga cinta. Namanya juga cinta. Kata orang, cinta itu buta. Cinta abadi hanya untuk Sang Pemberi Cinta. Adinda yakin, cinta pada makhluq ciptaan-Nya hanya sementara, tak akan kekal abadi. Ia harus mencurahkan segala permasalahannya pada Sang Kuasa, itu prinsip hidup Adinda. Selain itu, ia juga menceritakan kegelisahannya pada Winda untuk meminta nasehat. Jangan salah, untuk masalah nasehat-menasehati, Winda lah yang banyak diminta teman-teman se kampusnya juga. Mungkin karena keturunan psikolog dari ayahnya.

Masalah cinta. Adinda sering mengeluh tentang cinta yang dialaminya. Cinta hanya sebatas kagum ini sangat mengusik dirinya. Bagaimana tidak, ia jatuh cinta pada seseorang yang saat itu sedang menjabat chief di acara ulang tahun universitasnya. Sebenarnya ini hal yang wajar, pastilah bukan hanya dirinya yang kagum dengan sosok itu. Biasanya, seorang wanita kagum dengan sosok yang sangat berwibawa. Winda pun saat itu juga kagum. Tapi hanya saat itu. Sedangkan Adinda berlarut-larut dalam jurang cinta ini.

Ia berharap, dengan kepulangannya ke Indonesia bisa segera melupakan semua kegiatan, kejadian, dan kebersamaan dengan sosok itu. Sosok itu bukan Warga Negara Indonesia, jadi ia sedikit tenang. Iya, hanya sedikit, karena sosok itu warga asli Singapura! Bagaimana rasa itu tidak tertinggal sebentar ketika transit di Bandar Udara Internasional Changi Singapura. Rasa-rasanya ia ingin berlari untuk mencari alamat rumahnya. Ah, itu sangat berlebihan.

Setelah kelulusannnya, ia berusaha mencari kegiatan yang membuatnya lupa akan sosok itu. Nyatanya tidak benar-benar segera lupa. Ada saja, ketika melakukan kegiatan tiba-tiba teringat. Kalau anak muda jaman sekarang menyebut hal ini dengan baper. Namun Adinda langsung mengelak dengan ke-baper-annya ini. Ia tak ingin berlebihan dalam mengingat-ingat seseorang. Toh sosok itu belum tentu memikirkan Adinda.

Hingga suatu hari, Adinda benar-benar mencapai titik jenuh, langsung ia menelepon Winda yang masih di Perancis itu. Jaman sekarang memang sudah modern. Banyak aplikasi sosial media yang menyediakan jasa telepon gratis. Sehingga memudahkan Adinda menghubungi Winda. Ia menceritakan segala keluh kesahnya mengagumi sosok itu yang hingga saat ini belum jelas. Belum jelas alasan kenapa rasa ini tiba-tiba muncul di hati Adinda. Sungguh, ia sangat menyesal harus bertemu dengan sosok itu.

"Dinda, itu wajar. Aku yakin kau bisa menahan. Memang tak mudah melupakan seseorang dalam waktu dekat. Semua ada saatnya. Saat dimana nanti kau bisa hijrah ke tempat yang lebih baik lagi. Coba pelan-pelan rasakan betapa indahnya mengarungi nuansa cinta yang diberikan oleh-Nya. Jika dia yang terbaik untukmu, pasti kok, dia akan datang di waktu yang tepat dan di tempat yang indah. Kalian bertemu karena Allah dan berpisah karena Allah. Jangan sering-sering nge-play lagu galau. Asli! Nggak guna. Itu cuman bikin kau merana. Kalo kamu ingin bertemu terus, kapan bisa mandiri? Kapan memantaskan diri sebagai seorang wanita hebat? Kamu pasti mau kan dapet jodoh yang hmm..."

"Hmm? Maksudnya?" tanya Adinda.

"Ya, sesuai harapanmu." jawabnya singkat.

"Iya, Win. Makasih atas sarannya. Asslamu'alaikum" sembari Adinda menutup telepon

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Popular Post

- Copyright © Mampukah kita melintasi dahsyatnya badai kehidupan? - Skyblue - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -