Posted by : Annisa Nur PS Senin, 15 Juni 2015

Aku yang duduk di sini. Aku yang sedang merasakan semilir angin berlalu. Aku tak tahu, apakah angin itu sedang membawa kabar untukku. Kalaupun iya, aku tak tahu juga, kabar apa yang sedang ia bawa. Entah baik ataukah buruk. Yang ku tahu, sang angin hanya lewat berlalu tanpa menyapaku. Dia dengan sombongnya tak berhenti sejenak untuk menyapaku.

Aku yang duduk di sini. Di pelataran yang hanya sendiri. Tak seorangpun yang menghampiriku. Atau mungkin belum? Aku hanya melihat orang-orang yang berlalu lalang. Sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Berjalan kaki dengan gaya orang barat. Jalan raya yang penuh dengan angkutan darat menuju kepentingan masing-masing. Sedangkan aku di sini hanya berdiam, sebagai penagamat.

Aku yang duduk di sini. Berharap masa depanku cerah, cemerlang, dan bersinar. Aku ingin membahagiakan orang-orang yang kusayangi. Aku ingin menjemput masa kejayaan yang sesungguhnya. Tak bisa dipungkiri, jika aku harus berpikir sekali, dua kali, bahkan tiga kali untuk menentukan mana pilihan yang aku mampu untuk ku raih.

Aku yang duduk di sini. Bukan sekedar duduk bersantai. Aku juga berpikir, hal apa yang harus aku lakukan demi masa depan cerah itu. Aku pernah jatuh, aku sempat goyah, dan aku sangat labil. Biasalah, usia remaja yang mudah untuk berubah. Tapi ku terus berusaha untuk menjadi sosok yang di rindukan oleh siapapun. Eh, ngomong-ngomong soal rindu, aku sedang berada dalam posisi yang entah -aku sendiri tak tahu- Tiba-tiba teringat hal itu dan tak mudah melepaskan. Tapi aku harus merelakan. Sudahlah.

Aku yang duduk di sini. Apakah kau kenal, di sini tempat apa? Hanya di sinilah aku mencurahkan isi hati, meluapkan segala emosi, menghilangkan segala beban, dan segala keluh kesahku telah aku tumpah kan di tempat ini pula. Bukan berati aku tak memiliki seseorang untuk sekedar memeberi nasehat. Sungguh, aku punya. Ada. Dia adalah teman seperjuanganku yang ku hubungi setiap hari. Walaupun itu hanya sekedar sapa salam saja. Terima kasih atas waktu yang kau berikan, walau kau jauh diujung sana.

Aku yang duduk di sini. Sedang berdoa, semoga angin membawa kabar baik dan tak membuatku kecewa. Semua telah netral. Aku serahkan semua pada Sang Pencipta dan Pemilik Alam ini. Dalam jangka pendek ada pengumuman yang kunantikan. Bismillah. Bisa mempersembahkan yang terbaik dan tak mengecewakanku.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Popular Post

- Copyright © Mampukah kita melintasi dahsyatnya badai kehidupan? - Skyblue - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -