Posted by : Annisa Nur PS Kamis, 25 Juni 2015

Seringkali aku merasa iri dengan teman ku yang setiap hari hanya bermain selepas sekolah, ia mendapat nilai sempurna. Hampir di setiap mata pelajaran, Jarang jarang ia mendapat nilai di bawah 7. Dia yang kerjaannya berduaan saja dengan teman perempuanku. Dia yang bergaya sok jagoan di sekolah. Aku benci dia.

Dia adalah wakil ketua OSIS di sekolahku. Bisa-bisanya sang ketua OSIS memilih dia sebagai wakilnya. Aku yakin kerjanya tidak memuaskan. Hanya modal wajah saja dia. Tinggi badannya sama seperti ku. 150 sentimeter. Pendek kan dia untuk seorang laki-laki. Bukan, dia itu cowok, tidak laki-laki. Laki-laki tidak seperti itu perilakunya. Iya aku tahu, aku bukan anggota OSIS. Aku janji tak akan mengungkit-ungkit hal ini kembali.

Semester satu telah berlalu. Aku harus bisa mengalahkan dia. Mengalahkan dalam berbagai bidang. Bidang olahraga, bidang akademik, bidang ke-populer-an mungkin, bahkan bidang cinta. Tidak! Aku tidak ingin suka dengan seseorang terlebih dahulu. Itu akan menghambat ku menjadi yang terbaik. Saat ini, ambisi ku telah terkumpul.

Hari berganti hari, aku semakin tak konsentrasi dalam berpikir. Selalu aku memperhatikan setiap gerak gerik nya. Aku harus menghapus pikiran kotor ini, membuangnya jauh-jauh. Aku perlu berkonsultasi dengan seseorang. Tapi siapa yang mengerti? Mungkin bahasa remajanya, aku ingin curhat.

Aku sadar, selama ini aku sangat tertutup dengan dunia luar. Aku membatasi diri dengan dunia ku saja. Ternyata aku mempunyai banyak teman yang bisa dibilang, mereka menjadi tempat buang curhat sementara. Mulailah aku mendekati temanku yang sama-sama pendiam. Rasanya canggung memang. Mau bagaimana lagi? Kalau nimbrung dengan yang berkelas, dipastikan akan di-bully.

Jadilah kami yang entah bagaimana Allah Mengatur Segalanya menjadi lebih indah. Temanku ini adalah muslimah yang cerdas. Ia berkali-kali menyumbangkan piala MTQ atas nama sekolahku. Ternyata dia tidak pendiam, hanya saja butuh waktu untuk menyendiri. Menyendiri karena ada banyak rintangan yang harus dihadapinya. Alih-alih mencari jalan keluar.

Setelah Ujian Kenaikan Kelas

Oh, jadi selama ini aku hanya melihat dari sisi buruknya semua orang. Orang yang terlihat waw dihadapan ku, ternyata tak seperti yang ku bayangkan. Tiba-tiba aku teringat dia. Dia yang wakil ketua OSIS itu. Kemana saja dia. Aku akhir-akhir ini tak melihatnya. Padahal jadwal rapat OSIS di akhir tahun selalu padat.

"Kamu tahu Rama tidak?" tanyaku pada Sinta, teman yang dulu kuanggap pendiam.
"Iya tahu, dia kan famous banget. Waka OSIS kan?"
"Hmm. Kemana sih dia. Kok jarang keliatan ya?" tanyaku penuh selidik.

Setelah dijelaskan panjang lebar oleh Sinta, aku jadi merasa bersalah. Ia bukanlah seseorang yang selama ini kuanggap buruk. Aku lah yang buruk. Ada apa denganku selama ini? Atas nasehat-nasehat yang diberikan Sinta, aku merasa tenang. Aku harus mendekat dengan Dia Yang Maha Membolak-balikan isi hati. Aku telah berprasangka buruk kepada semua orang. Aku harus minta maaf. Tapi kapan?

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Popular Post

- Copyright © Mampukah kita melintasi dahsyatnya badai kehidupan? - Skyblue - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -