Mampukah kita melintasi dahsyatnya badai kehidupan?

Perkenalan sepasang mata kepada foto :

Hai, aku mata. Aku berpasangan loh. Kok kamu jomblo sih?
Hai! kamu tak ingin berkenalan denganku? Fiuh! Sombongnya kau!
Aku dan pasanganku selalu mengamati setiap langkah manusia. Kau tahu, terkadang kita cemburu ada sepasang insan yang bercengkerama. Kau tahu, itu membuat kami cemburu karena kami sulit bercengkerama. Bahkan untuk melihat satu sama lain pun sangat sulit. Jika dipaksakan, itu berarti menyakiti diri sendiri. Butuh perjuangan besar agar kami bisa saling bertatap. Sedihnya, jika ada kebutaan di salah satu bagian, kami tak bisa melengkapi. Kami tak bisa bersama-sama lagi melihat insan-insan berbagai jenisnya. Kami juga sadar bahwa hilangnya bagian diantara kami, disebabkan oleh ketidakhatian dalam memandang. Kami melihat hal-hal yang tak pantas! Kami menyesal. Sedalam-dalamnya penyesalan.
Untuk itu, sebagai sepasang mata yang tak bisa saling melihat, kami berjanji akan menggunakan anugerah yang diberikan oleh-Nya untuk memandang yang baik. Memandang masa depan cerah. Walau kami terkadang cemburu pada insan-insan lain.

Perkenalan foto kepada sepasang mata :

Halo sepasang cantik yang terlihat lentik di bagian atas. Aku kagum dengan kalian. Kalian selalu bersama. Kalian tak perlu bersusah payah lagi dalam melangkah. Kau tahu, aku sulit melangkah. Aku adalah sebuag foto yang hanya kalian pandang. Aku hanya sebagai pajangan di dinding. Terkadang tersimpan rapi dalam file-file, di pampang di media sosial, di butuhkan dalam dian, hingga di robek karena kekesalan. Kau tahu, ada seseorang yang ingin berfoto dengan sosok yang dikaguminya. Namun, ia tak yakin bisa mendapatkan foto itu atau tidak. Aku tak bisa membantunya. Saat ini, seseorang itu hanya berharap dalam doanya, agar bisa berfoto bersama sosok itu diwaktu yang tepat. Semoga kau bisa memandang foto yang diharapkan seseorang ini.