- Back to Home »
- cerpen , curhat »
- Lantas, Aku Harus Bagaimana?
Sejak aku mengenalnya, tak peduli dia adalah orang yang baik atau buruk. Baik di matamu belum tentu baik di mata-Nya. Buruk di matamu belum tentu buruk di mata-Nya. Ketika aku berkenalan, tak ada sesuatu yang tumbuh. Paling-paling hanya secuil rasa seorang remaja yang akan tumbuh dewasa, yang tak mengerti apa-apa.
Keadaan itu berlajut hingga awal musim semi. Sudah dua tahun aku mengenalnya dan tak ada komunikasi sedikitpun. Sehingga, rasa penasaran ini berlanjut dan akhirnya membuatku jenuh juga. Aku mulai penasaran dan terus mencari informasi tentang dirinya. Dengan cepat, banyak informasi yang datang kepadaku hingga aku terjatuh dalam lubang. Lubang yang tak ada manusia untuk menolongku.
Aku tersadar, sikapku bukanlah sikap yang diharapkan orang lain. Aku terlalu berambisi untuk melakukan pengejaran itu. Pengejaran yang membuatku semakin merana. Pengejaran yang hanya menghabiskan waktu luangku saja. Tak ada buah dalam pohon yang rindang. Itu menyebalkan.
Ku putuskan untuk berhenti berharap atas sesuatu yang tak pasti. Inilah manfaatnya. Aku selesai studi ku sesuai dengan harapan. Dan dia juga mendapatkan hasil yang terbaik. Kita sama-sama bahagia. Namun, kebahagiaanku pudar setelah aku tahu bahwa skor yang diperolehnya lebih besar. Aku paham, inilah terbaik dari-Nya. Aku pun bersikap acuh tak acuh. Tak peduli dia memperhatikanku atau tidak.
Setelah pengumuman hasil tes, aku terpisah jauh dengannya. Kita berbeda negara. Aku di utara, dia di selatan. Kata orang, kalian keep communication aja. Helloooow, tidak semudah yang kalian bayangkan. Bertegur sapa di message pun tak pernah kulakukan. Aku mengerti posisiku. Bukan siapa-siapa. Bukan orang hebat yang dipandangnya. Aku masih dalam proses menjadi lebih baik, berproses dengan kesabaran untuk dipersiapkan dengan sosok yang pantas nantinya.
Setelah satu tahun terpisah jarak dan waktu. Aku mendapat informasi bahwa ia sedang dekat dengan teman satu kampusku dahulu. Aku berfikir, 'sudah berapa wanita yang ia dekati?' Awalnya, aku cemburu. Wajarlah, aku seorang wanita yang ditakdirkan untuk cemburu. Menggali informasi sebanyak-banyaknya tentang wanita itu. Apa yang membuatnya terjatuh dalam hal itu? Aku yakin ini hanya sementara. Tapi, kami telah menjadi pribadi -yang menurut kamu telah- dewasa. Semua itu pilihan. Jika aku sanggup melupakannya, kenapa harus terus berdiam diri? Haruskah hijrah? Tapi,apakah kau sanggup? Walau pada akhirnya benar, kita harus siap di tempatkan dimana pun.
Tolong bantu aku menyalesaikan hal tak penting ini.
Terimakasih bumi bagian utara, kau banyak membawa perubahan untukku.
Popular Post
-
Taman Siswa P erguruanku Hiduplahmu S emerdekanya Taman Siswa J antung H atiku Bersinarlah S emulianya Dari Barat S ampai ke Ti...
-
Entah kenapa nemu tulisan ini di catatan gue pas jaman-jaman MTs. Sumpeh ini galao abis. Entah kapan pula gue nulis beginian. Nggak tau pula...
-
Tirakatan adalah tradisi unik yang khas ditemui di Jawa dan Bali. Tradisi ini tidak ada kaitannya dengan suatu paham religiusitas tertentu ...