Posted by : Annisa Nur PS Rabu, 06 Mei 2015

Lama aku menginginkan perjalanan alam yang begitu indah. Belajar dari alam langsung sangat ku dambakan. Telah banyak rencana yang ku tulis agar bisa pergi bersama keluarga. Namun, semua belum ada yang terealisasikan. Rasa bosan mulai menyelimuti. Pernah bilang ke orang tua, "Pengen ikut jalan-jalan bareng temen-temen." Sebenernya, mereka setuju aja. Cuman ya, waktu belum pasti.

Hingga akhirnya, harapun itu muncul. Setelah semua selesai. Setelah lelahnya 3 tahun berjuang di madrasah tercinta ini. Yakni, setelah UN. Seperti biasa, kelas XII MAN Insan Cendekia Serpong ada kegiatan pendakian. Setelah berdiskusi, pendakian tahun ini di Gunung Papandayan.

Hello perjalanan indah, aku sangat merindukan ini. Kedatanganmu yang tak disangka-sangka, membuatku habis dalam berpikir. Bersama 29 orang penantang, kita bekerja sama, tolong-menolong, dan mengerti keadaan teman. Inilah aktivitas yang kudambakan sejak sekian tahun lalu.

Berangkat dari kota kesayangan, Kota Solo, menuju Tangerang Selatan bersama 5 sekawan. Karena kami akan berangkat dimulai dari sekolah tercinta, MAN Insan Cendekia Serpong. Sesampainya di kota tujuan, kami beristirahat sebelum mempersiapkan barang yang akan dibawa nanti. Kami akan berangkat pada tanggal 2 Mei 2015 dini hari. Awalnya, aku tidak begitu memperhatikan, siapa saja yang ikut. Yang penting, ngerti siapa aja akhwat yang ikut.

01 Mei 2015, ba'da ashar, ada sedikit penjelasan mengenai gambaran di Gunung Papandayan. Awal pendakian, gunung ini banyak batu. Tak ada pepohanan sama sekali. Aku mengira, kita bakalan kehabisan bekal sebelum sampai. Oh, ternyata tidak kawan, namanya juga gunung, dinginnya subhanallah.
Ba'da isya, Mrs. Cocom menyuruh kami untuk segera tidur. Gimana bisa tidur? Barang-barang kelompok belum siap. Seperti biasa, anak IC tidur jam berapa, bangun jam berapa. Aku agak tergesa-gesa, karena kamar masih berantakan dan semua sudah siap. Maaf. Tapi bisa cepet kan?

02 Mei 2015
Pukul 03.30 WIC kami meluncur ke Garut diselingi dengan menjemput 4 sahabat kami di Bandung. Setelah itu, aku terlelap. Hingga terbangun pada,

Pukul 10.30 WIC selesai perjalanan darat jalan raya yang melelahkan. Benar-benar bia nggak bisa masuk di kampung ini. Kamipun beristirahat sebentar hingga ada mobil yang akan mengantarkan ke tempat pendakian. Aku tak begitu paham, ada berapa mobil yang disediakan oleh panitia. Yang jelas untuk menuju tempat pendakian, hanya ada 1 mobil yang (ehm) memuat 34 tas carrier plus 12 astonah. Dan 3 astonah terpaksa menjadi strong girl, harus jalan selama 2 jam bersama 15 astono. Hebat kan?



Perjalanan 45 menit memakai mobil. Kamipun menunggu kawan-kawan lain tiba di start pendakian ini. Tak lama, yang ditunggu pun datang juga. Mereka naik mobil juga. Oh, ternyata, harus menunggu 1 teman yang handphone-nya mengalami kecelakaan.
Tak mungkin kami langsung mulai untuk naik. Kami pun istirahat makan siang terlebih dahulu. Nikmat ya, walau di tempat seperti ini, yang hanya tanah. Setelah cukup beristirahat, kami bersiap menuju medan terjal. Do'a dan Yel-yel tak lupa disemarakkan.

Pukul 13.00 WIC, kami telah berada di kawasan kawah Gunung Papandayan. Ini yang namanya explore, bukan hal yang biasa. Bolehlah bahagia, bisa sampai di tempat ciptaan Allah nan indah ini. Sembari beristirahat, seperti biasa layaknya manusia. Melihat hal yang indah, langsung take pictures. Mau gimana lagi, pengalaman harus jadi sejarah yang dikenang, selagi ada alat yang membantu.

Ah, sudah lupa jam berapa. Kami terus berjalan mencari tempat untuk berkemah, di Pondok Saladah. Oh, ternyata ada 2 jalan yang bisa ditempuh. Jalan kanan atau jalan lurus ke atas. Aku dan 4 yang lain (jelas) sudah sampai atas. Tapi, ada yang teriak dari bawah, kalo jalan yang kami pilih salah, seharusnya belok kanan. Namun, sebagian teman kami, khususnya ikhwan, telah sampai di ketinggian yang entah berapa angkanya. Jelaslah, kami tidak mau ambil risiko dengan memanggil kembali teman-teman yang telah berada di ketinggian tersebut. Akhirnya, mereka yang mengikuti kita ke atas. Yey!

"Ini udah hutan mati belum?" tanyaku lelah.
"Belumlah, ini cuman buat pos istirahat doang." kata ....
Aduh lelah, baru 2 jam jalan. Maklumlah, pertama kali. Lagi-lagi take pictures. Maklumlah, baru boleh bawa hape ya begini. Sempet-sempetnya pula nyari sinyal. Maklumlah anak (sok) kota.



Let's go to Hutan Mati. Maaf lewat mana ya? Tak bisa dipungkiri, ini macamnya film-film fiktif hollywood. Apa mereka shoot disini ya? Katanya, dulu gunung ini aktif dan meletus, yang menyebabkan pohon-pohon sekitar terbakar. Tapi kok sampe sekarang ya? Setelah berpuas di Hutan Mati, aku dan 3 lainnya menuju Pondok Saladah (tempat camp). Kami terpisah menjadi banyak bagian. Nah, dimana Pondok Saladah? Satu hal, harus nanya. Bertanya dan nurut. Karena seorang teman kami nggak nurut, akhirnya kami tersesat ke jalan menuju Tegal Alun (puncak yang nggak puncak). Pas liat kebelakang. "Eh, liat deh, kok banyak tenda ya?" Sekian.

Pasrah. Istirahat sejenak. Bertanya sesorang lagi, "Mas Pondok Saladah dimana ya?". Ia menjawab sambil menunjuk ke belakang, "Tuh disana, kalian ngapain disini? Ayo, mau bareng nggak." Spontan aku menjawab, "Mauuuu." Maaf jika memalukan. Jujur aku lelah. Maklumlah, baru pertama berjumpa.

Sesampainya di Pondok Saladah, aku langsung berteriak. Maaf jika memalukan lagi. Ternyata kami harus mendirikan tenda dahulu (yaiyalah). Mencari tempat. Dan bekerja sama lagi. Mungkin aku terlalu alay, tapi beginilah aku jika melihat adanya kerja sama. Ada berapa tenda ya? Lebih dari 10 tenda seinget aku. Soalnya, satu tenda berisi 3 orang. Uniknya, di tenda akhwat, ada 5 macam tenda, yakni tenda dapur, tenda bahan makanan, tenda alat makan, tenda mushola, dan tenda ketenangan. Hebatnya, kami bisa menanak nasi yang super enak. Kalian harus ngerasain!


03 Mei 2015, setelah sarapan, kami menuju puncak Tegal Alun. Perjalanan yang sangat sulit. Mental harus kuat deh pokoknya. Kagetnya, ada kakak yang naik pake rok. What the? Keren lah. Mungkin saat ini memilih berjalan di belakang karena ingin menemani 2 teman yang sedang berada dalam kondisi kurang semangat. Tapi tetep kuat kok. Ah, senangnya saling menunggu dan membantu. Sesampainya di Tegal Alun, "Alhamdulillah." Mulai deh, ada handphone, ada kamera, ada objek, dan akhirnya take pictures (again). Sayangnya, bunga terindah itu belum mekar.



Aktivitas demi aktivitas telah terlaksana. Saat nya kembali ke dunia penuh cerita, tempat ku mencurahkan suka duka, tempat untuk mengais sebagian ilmu-Nya, MAN Insan Cendekia Serpong. Beres-beres. Makan sedikit. Nungguin yang sedang berjuang ngantri di 'Abalaba Sauyunan Ngaruwat Lingkungan'. Setelahnya, kami turun lewat jalan yang berbeda. Yap! Sunnah Rasul. Entah kenapa aku lebih cepat jalannya atau emang kalo turun itu bisa lebih cepat? Yah, intinya kita sampai bawah pas turun hujan. "Alhamdulillah." Coba masih di tengah perjalanan?



Rasanya ingin explore lebih dalam lagi di Papandayan ini. Walau untuk pemula, terus masalah nya apa? Say good bye untuk kebersamaan kita di alam liar ini. Semoga bisa bertemu lagi.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Popular Post

- Copyright © Mampukah kita melintasi dahsyatnya badai kehidupan? - Skyblue - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -