- Back to Home »
- curhat »
- Ku Rasakan Kembali
Setelah aku berhasil terlepas dari jeratan tangannya, aku bahagia. Bahagia yang tak bisa terlukiskan walau itu ada pemandangan hijau permai ditambah pelangi sekalipun. Aku bertanya pada diriku, "Mengapa hal itu bisa terjadi? Rasa yang tak terduga datang secara tiba-tiba."
BENAR. Tak ada momen yang spesial (mungkin) terjadi diantara kita. Dia Yang Mahakuasa terlalu baik dengan menunjukkan keberadaanku saat ini. Menunjukkan pelabuhan mana yang harus menjadi tujuanku. Momen ini bertahan hingga separuh dari satu tahun berjalan. Layaknya akuntansi, harus bisa balance, seimbang. Namun banyak orang berkata, "Kekurangan kita bukan berarti kita lemah. Kekurangan ini bisa menjadi kelabihanmu dalam menghadapi segala rintangan." Lambat laun aku percaya dengan kata-kata itu.
Yaaaah, walaupun sudah menjadi arah tujuanku, aku tetap bertanya, "Akankah ini bertahan hingga akhir hayat?" Aku bersikeras menjawab TIDAK. Karena aku tak yakin dengan kehidupan fana ini. Kehidupan yang banyak omong kosongnya. Aku tersadar dari lamunan panjang. Aku mulai memahaminya. Arah tujuan kita tak sama. Walaupun aku tahu, bahwa waktu kita masih panjang. Sepanjang sungai Amazon mungkin. Hingga akhirnya, aku memutuskan untuk berhenti mencari jalan, gang, hingga celah yang sudah buntu. Bahkan aku tak ingin membuat peta untuk jalan-jalan yang telah kulalui. Karena ku tak ingin semua orang tahu, tak ingin semua orang mengikuti jejak langkah ini.
BERHASIL. Tak ada angin tak ada hujan, tak ada petir tak ada badai. Semuanya telah hilang tanpa bekas. Tak ada yang tersakiti dan tak ada pula yang menyakiti. Aku merasa cerita ini indah untuk dikenang. Terlalu simpel untuk diukir, namun bermakna. Ternyata aku bisa melakukan hal yang mestinya aku lakukan. Tak banyak mengikuti perkataan orang.
NAMUN, suatu ketika, aku mendengar teriakan merdunya kembali. Tak ingin kuulang masa-masa lampau nan bias. Entah aku telah melukiskannya atau belum. Tapi aku tak sanggup untuk memutarnya kembali. Mencoba menutup telinga, namun nihil. Ia tetap berteriak, seakan-akan membutuhkan bantuan dari diriku. "Aku bisa apa? Kamu tahu aku hanyalah setetes embun yang hanya muncul di pagi hari. Munculpun tak bisa direncanakan. Aku yang belum tentu akan keluar di senja hari. Aku bisa apa?" Suara setan menggangguku. Mereka menyuruhku untuk kembali pada masa itu, masa yang tak ada rasanya. Ini menyakitkan! Mereka harusnya mengerti!
Apapun itu, pahit manis suka duka yang dulu pernah ada, ku berusaha untuk memendam sedalam-dalamnya, sekeras-kerasnya, agar ia tak muncul dan berubah menjadi keji.
Popular Post
-
Taman Siswa P erguruanku Hiduplahmu S emerdekanya Taman Siswa J antung H atiku Bersinarlah S emulianya Dari Barat S ampai ke Ti...
-
Entah kenapa nemu tulisan ini di catatan gue pas jaman-jaman MTs. Sumpeh ini galao abis. Entah kapan pula gue nulis beginian. Nggak tau pula...
-
Tirakatan adalah tradisi unik yang khas ditemui di Jawa dan Bali. Tradisi ini tidak ada kaitannya dengan suatu paham religiusitas tertentu ...