- Back to Home »
- curhat »
- DIA SEDANG BERUSAHA
Menjalani detik-detik terakhir di penjara suci ini, membuatnya semakin letih. Ia ingin segera lolos dari jeruji yang tinggi ini. Ia ingin melepas segala penatnya di dalam penjara. Bagaimana mungkin ia bisa lolos hanya dengan modal berani? Yang ada malah ia keluar dengan wajah menunduk. Ia menginginkan kelolosan ini dengan wajah bangga. Karena pencapaiannya yang mengukir sejarah baru di tempat itu.
Banyak rintangan yang harus ia lalui. Kadang ia bertanya dalam diri, "Kenapa aku harus masuk dalam ruangan serba terbatas ini?" Dan ia menjawab dengan sendirinya, "Semua ini karena kemauanku, hanya untuk mencari nuansa baru, tapi inikah jalanku." Biarkanlah dia bersama dunianya. Menikmati hari-hari dengan suka dukanya. Sendiri mungkin lebih baik daripada bersama. Karena ia yakin, semua akansulit untuk bersatu. Tak hanya ia yang hidup di penjara ini. Ada banyak makhluq, entah itu manusia, hewan, tumbuhan, bahkan yang tak telihat oleh kasat mata pun ada.
Emosi ia curahkan saat malam tiba. Awalnya ia tak tahu harus bagaimana dalam melewati waktu demi waktu yang ia rasa tak ada manfaatnya sama sekali. Ia merasa tak ada perkembangan berarti dalam hidupnya. Yang ada malah menyusahkan orang lain. Hingga orang lain menjauhinya, karena tak ingin menjadi koraban kesusahan yang disebabkannya.
Kesabaran ia terapkan dalam menanggapi setiap langkahnya. Langkah yang penuh arti, menjadikannya lebih tenang. Atmosferpun juga mendukungnya untuk melangkah lebih maju, walaupun setengah langkah saja. Itu lebih membuatnya tenang. Selain itu, kesabaran telah menularkan hal baik bagi sosok yang dikaguminya.
Sayngnya, ia tak pernah terlihat ceria. Ia akan ceria saat orang lain menyuruhnya. Semua butuh pengorbanan. Untuk menjadi ceria, ia harus menempatkan keadaan pada saat yang tepat. Tapi semua waktu itu tidakm tepat baginya. Ia kebingungan harus melakukan apa. Lama-lama ia tak betah di lingkup ini. Hingga akhirnya ia pingsan selama satu minggu. Dan ditempatkan di bangsal 13 dengan kesendiriannya.
Semua orang merasa biasa saja. Tak ada yang menggubrisnya sama sekali. Menjenguknya pun tak mampu. Apalagi menemaninya di bangsal. Hanya suara tikkus dan tokek yang menemani. Seakan-akan dua binatang itu mengerti keadaannya yang butuh untuk ditemani.
Hari ke-5 saat ia tak sadarkan diri, ada sosok yang diam-diam mendatangi bangsal itu. Membisikkan sebuah kalimat. Lalu meninggalkannya kesepian lagi. Hari mulai gelap, tak seorangpun datang menemuinya. Mereka asyik dengan film yang sedang diputar. Tertawa girang tanpa menyadari ada seseorang yang butuh perhatian khusus. Itulah ke-egois-an?
Saat ia siuman, semua mulut mengucapkan selamat padanya. Apa yang harus diselamatkan? Tak ada! Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa ia hingga pingsan selama satu minggu? Hal apa yang membuatnya tak mau ambil pusing memikirkan pembicaraan mereka? Apakah ia terjebak dalam masa jahiliyah? Ah, dia denga berusaha berpikir lebih keras lagi, memahami lingkungan sekitar, mengerti keadaan sosial yang sedang memanas, dan melangkah menuju kelulusan yang gemilang. Semua itu ia pikirkan baik-baik dan terekam dalam sebuah kamus hidupnya. Kamus Ocehan Sang Penakluk.
Popular Post
-
Taman Siswa P erguruanku Hiduplahmu S emerdekanya Taman Siswa J antung H atiku Bersinarlah S emulianya Dari Barat S ampai ke Ti...
-
Entah kenapa nemu tulisan ini di catatan gue pas jaman-jaman MTs. Sumpeh ini galao abis. Entah kapan pula gue nulis beginian. Nggak tau pula...
-
Tirakatan adalah tradisi unik yang khas ditemui di Jawa dan Bali. Tradisi ini tidak ada kaitannya dengan suatu paham religiusitas tertentu ...