Posted by : Annisa Nur PS Jumat, 23 Januari 2015

Aku adalah mahasiswa yang sedang berada di semester 4. Setengah perjalanan telah ku lalui di masa penuh ketegangan ini. Antara cinta, persahabatan, dan kekeluargaan.
Baru saja saya menerima email dari rekan saya, yang selalu memberikan saya motivasi ketika sedang terpuruk. Kala itu saya sedang merenung perbuatan yang membuat saya panik bahkan trauma. Kebiasaan buruk itu kembali lagi. Tak habis pikir, setiap harinya selalu saja ada batu permasalahan. Ya, aku tahu, ini namanya hidup. Ya, aku tahu, Sang Pencipta tak akan memberikan permasalahan di luar batas kemampuan.
---
Ini hanyalah permasahan kecil yang setiap insan pasti merasakan hal serupa. Seperti yang telah saya jelaskan sebelumnya, antara cinta, persahabatan, dan kekeluargaan. Saat itu aku sedang berada di sebuah ruangan tertutup dan gelap. Saya tak tahu, apakah di ruangan tersebut terdapat makhluq hidup atau kosong? Setelah saya mengecek ke berbagai sudut, ada 2 orang yang kemungkinan adalah kakak beradik. Tak begitu jelas terlihat. Saya tak mengerti apa yang sedang mereka lakukan.

Satu jam kemudian, lampu kembali menyala. Oh, mereka adalah orang yang pernah aku kenal. Sempat dekat dengan ku. Namun, setelah kejadian yang tak mengasyikkan, mereka membenci diriku sebenci-bencinya. Inilah kehidupan yang bergejolak masa remaja. Tenang, aku masih punya teman walau hanya seorang, tapi itu sangat berharga. Aku teringat, masa SMA dulu juga mengalami hal serupa. Bahkan, aku juga membenci salah satu temenku. Oh, inikah karma?

Ku coba untuk tak marah pada mereka. Ini dunia luar. Yang sangat luar biasa. Wajarlah ada perseteruan. Ketika ku rapuh, tak ada yang datang. Tapi ketika mereka butuh, sampai lecet kaki pun tetap datang meminta aku sebuah pertolongan. Tak sebanding dengan pengorbanan. Akankah mereka menganggapku teman ketika aku naik daun? Mungkin iya. Dan ini yang dinamakan pemanfaatan teman.

Aku tak tahu, apakah saat ini dianggap teman ataukah hanya sebatas manusia yang numpang hidup di bumi Allah? Hanya Allah Yang Mahatahu. Lagi-lagi keikhlasan dibutuhkan, saat sebuah pertolongan sudah kuberikan, namun mereka sedikitpun tak berucap salam terimakasih atau sejenisnya, setidaknya untuk apresiasi. Bukan berarti aku ingin di puji, namun bukankah itu sebuah kewajiban? Seakan-akan memang benar adanya, hanya untuk dimanfaatkan.

Dalam keadaan seperti ini, aku hanya bisa berdo'a. Inilah selemah-lemahnya iman. Harapku agar mereka tak menjauhi bahkan membenciku. Hidup ini indah. Indah tak berarti selamanya cerah dan mempesona. Indah hanya ungkapan yang sebenarnya adalah pelampiasan karena hidupnya sangat suram.

Ikhlas dan Sabar....

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Popular Post

- Copyright © Mampukah kita melintasi dahsyatnya badai kehidupan? - Skyblue - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -