Mampukah kita melintasi dahsyatnya badai kehidupan?

Pagi itu aku dikejutkan dengan bermacam warna.Tak ku mengerti apa maksud semua ini. Aku terdiam, tak mengerti apa yang akan kulakukan. Bodoh memang. Tak tegas dalam menghadapi semuanya. Namun, aku yakin, ini adalah aksi terbaik ketika aku mulai terdiam.

Bintang bertebaran dimanapun. Semua makhluq sibuk dalam menjalani hari barunya. Termasuk kita, yang sedang mempunyai hajat besar. Yang sedang bersenang-senang menuju kebahagiaan (fana) ini. Aku tahu, semuanya akan berjalan dengan lancar. Aku mengerti, teman-teman sibuk akannya.

Tapi disisi lain, aku meninggalkan sesal yang tiada tara. Inilah sejenak aku merasakan kecemburuan. Yap! Aku belum selayaknya menjadi yang terpilih. Aku harus banyak belajar dari mereka. Aku lelah. Aku hanya sebagai penonton terhadap mereka. Mereka yang sedang bahagia. Mereka yang tertawa. Mereka saling berbagi. Inginku seperti mereka. Lagi-lagi keinginan ini hanya mimpi belaka.

Sudah cukup aku menyesali segalanya. Tak akan berbuah hasil. Benar pepatah mengatakan, "Penyesalan memang selalu ada di akhir." So, daripada menyesal diakhir, sama-sama memperbaiki diri agar menjadi insan yang terpilih di hadapan-Nya.

Dan kau harus yakin, bahwa semua akan berjalan sesuai rencana dan indah pada akhirnya. Aku menyadari, bahwa sebuah usaha keras akan menghasilkan jiwa yang tenang. Yap! Jiwa yang tenang akan hasil itu sendiri. Walaupun belum matang, yakinlah semua akan indah pada akhirnya.
---
Pagi itu diakhiri dengan malam puncak yang syahdu. Aku merasakan kehangatan itu. Ditambah ada sosok yang hadir diantara kita tanpa disangka-sangka. Sebenarnya, ingin kukatakan suatu hal yang menurutku sendiri itu tak penting. Ya! Tak penting adanya, namun sangat menyejukkan hati. Tapi... kesempatan itu hilang sudah. Mungkinkah bisa terulang? Tunggu sajalah, jika itu yang terindah.