Posted by : Annisa Nur PS Sabtu, 20 September 2014

Beberapa minggu ke depan, bangsa Indonesia akan memperingati Hari Sumpah Pemuda yang ke-86, dimana pada tanggal 28 Oktober 1928, generasi muda saat itu mendeklarasikan diri dalam Satu Tanah Air Indonesia, Satu Bangsa Indonesia, dan Satu Bahasa Indonesia.

Dengan dicetuskannya Sumpah Pemuda itu, seluruh organisasi pergerakan yang ada di Tanah Air harus mengacu pada hasil Sumpah Pemuda 1928. Bagi bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda ini juga merupakan titik awal menuju pintu gerbang kemerdekaan Indonesia 1945. Sumpah pemuda tersebut telah menjadikan kesamaan keinginan untuk merdeka dari cengkraman penjajah.

Sumpah Pemuda diadakan 2 kali, yakni pada tahu 1926 dan 1928.

Kongres Pemuda I diadakan tahun 1926 dan menghasilkan kesepakatan bersama mengenai kegiatan pemuda pada segi sosial, ekonomi, dan budaya. Kongres ini diikuti oleh seluruh organisasi pemuda saat itu seperti Jong Java, Jong Sumatra, Jong Betawi, dan lain-lain. Kongres Pemuda I diketuai oleh Muhammad Tabrani.
Sedangkan, Kongres Pemuda II atau  terkenal dengan sebutan Sumpah Pemuda dipimpin oleh pemuda Soegondo dari PPI (Persatuan Pemuda Indonesia), menghasilkan Trilogi Pemuda : Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu bahasa yaitu bahasa Indonesia. Selain itu juga ditetapkan Indonesia Raya ciptaan WR. Supratman sebagai lagu kebangsaan
Isi Sumpah pemuda :

1. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah satu, tanah air Indonesia.
2. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia.
3. Kami putra dan putri Indoensia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Lalu apa kaitannya dengan masa kini?
Di masa yang haus akan teknologi ini, sebagaian dari masyarakat tak mau ketinggalan dengan hal tersebut. Dari yang bayi hingga tua. Banyak orang mengungkapkan bahwa "Dengan canggihnya teknologi, akan menjauhkan yang dekat dan mendekatkan yang jauh."
Bagaimana kita sebagai remaja menyikapi hal tersebut?
Pada survei tahun 2007 oleh World Competitiveness Year Book memaparkan bahwa daya saing pendidikan Indonesia berada pada urutan 53 dari 55 negara yang disurvei. Di samping itu, pada survei pada 2009 menghasilkan bahwa tingkat melek huruf penduduk di Indonesia mencapai 99,47 persen.
Dari data tersebut, kita mengetahui bahwa di Indonesia masih banyak yang buta huruf. Mereka adalah saudara kita yang perlu diberi perhatian. Perlu banyak bimbingan. Lantas siapa yang mau dengan ikhlas membimbing? Silakan kita merenungi.
Sempat dalam benak saya merenung, namun itu hanya angan-angan belaka. Saya ingin menghidupkan Indonesia. Menjadikan masyarakatnya sadar akan pentingnya pendidikan. Disisi lain, pihak atasan juga harus memberikan fasilitas yang memadai untuk menyadarkan masyarakatnya.

Berikut keseimpulan yang dapat saya ambil :
Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia adalah : 
1. Masalah efektifitas
2. Efisiensi
3. Standardisasi pengajaran
4. Fasilitas yang kurang memadai di pelosok desa
5. Rendahnya kualitas dan kesejahteraan guru
6. Rendahnya prestasi siswa
7. Rendahnya pemerataan pendidikan
8. Mahalnya biaya pendidikan
9. Lebih memilih bekerja daripada melanjutkan ke PT

-SEKIAN-

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Popular Post

- Copyright © Mampukah kita melintasi dahsyatnya badai kehidupan? - Skyblue - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -