Posted by : Annisa Nur PS Sabtu, 25 Januari 2014

Entah mengapa Nadia tak bisa melupakan kejadian tadi. Nadia baru saja berkenalan dengan sesorang yang akan menemani hidupnya entah sampai kapan. Nadia bertemu dengan seseorang itu saat pulang sekolah. Nadia merasa bahwa hidup ini sangat sempit. Secepat itukah ia ditinggal sahabat yang lama dan secepat itukan ia menemukan kembali sahabat barunya.

Nia, adalah nama panggilan sahabat Nadia. Nasib Nia hampir sama dengan Nadia. Nia juga tak ada teman untuk mencurahkan isi hatinya. Bedanya, Nadia ditinggal oleh sahabatnya, dan Nia memang tak mempunyai teman sejak lulus dari SMP. Nia merasa kesepian. Sejak itulah, Nia jadi anak pendiem di kelas X.9. Menurut hukum pertemanan, harusnya Nia yang aktif menghampiri temannya. Jangan mereka yang menghampiri kita. Kalo kita pengen dikenal orang, maka kita harus berani aktif. Jangan malu untuk mencari hal-hal baru.

***

"Eh, Nia, btw lu pinter banget fisika, kok nggak ada temen yang mau deketin lu sih?" Nadia bertanya.
"Gue juga nggak ngerti, gue kali yang cuek ama mereka."
"Lu keliatannya asik-asik aja diajak ngobrol. Tapi kok..." belum selesai Nadia bicara, Nia memotong.
"Iya gue tau. Mungkin gue yang terlalu tertutup buat mereka. Gue baru nyadar pas dapet pencerahan dari ustadz gue."
"Ya, trus kenapa lu nggak ngedekitin mereka?"
"Udah terlanjur."
"Terlanjur? Maksudnya?" Nia penasaran.
"Ya, udah kaku buat deketin mereka. Mereka udah nyaman sama yang lain."
"Laah kan belom terlambat. Masak lu nggak mau usaha sih. Gampang ngeluh ah lu." jawab Nadia.

Mereka berdebat tentang 'pertemanan yang kaku' selama 2 jam di warung di depan sekolah Nia. Nadia memang harus mengalah untuk menjemput Nia disekolahnya demi sahabatnya, yanga Nadia harap akan menjadi sahabat sejati. Nadia telah tersakiti saat Gina, sahabat sejak kelas 7 SMP, meninggalkannya demi pacarnya. Nadia bingung harus berbicara apa lagi. Alasan tentang janji yang pernah mereka rajut tak mampu menahan Gina yang lebih memilih pacarnya. Maka, Nadia memilih untuk mengalah dengan apa yang telah dilakukan Gina.

Lantas apakah pertemanan Nadia dengan Nia akan berlanjut menjadi persahabatan?

Minggu pagi, Nadia sedang duduk termenung di taman kota. Ia ingin mencoba menulis sebuah cerpen. Ia tahu, ia punya passion di bidang ini. Hanya saja belum muncul. Sekali nya muncul, pasti itu hanya bayang-bayang semata tanapa menggoreskannya di kertas putih. Ia malas jika menulis.Tapi, ia ingin jadi penulis.
"Gimana kalo aku nyari seseorang untuk menjadi asistenku?" pikir Nadia dalam hati.
Nadia malas untuk mengetik. Tapi jiwa untuk bercerita nya sangat mantap. Jadi memutuskan untuk mencari asistennya dalam waktu 3 hari. Siapakah dia

---

Anzalia FS (namanya ngarang abis).
Nadia sengaja memilih seorang wanita yang kelihatan culun-culun gitu. Bisa dipanggil Lia. Nadia yakin bahwa orang yang semacam itu mudah untuk diajak apapun. Nadia banyak liat sinetron sih. Nadia ingin mencurahkan kehidupannya dalam cerpen-cerpen nya. Ia bosan menuliskan dalam diary.
Lia anak sekolah menengah atas di sudut kota. Walaupun baru kelas 10, Nadia tidak ingin memperlakukannya seperti budak.

---

Tiba-tiba...
"HEI!!" Nia mengagetkan Nadia yang lagi asyik-asyik dengan coretannya.
"Eh elu ngagetin aja,"
"Ciee, mau jadi pengarang bebas. Freedom Writer nih ceritanya?" goda Nia.
"Eh ngomong-ngomong, lu juga tau filmnya Freedom Writer itu?"
"Iya lah, bikin gewe nangis tau," jawab Nia dengan gaya alay nya.
Nadia tak menyangka, Nia juga jago dalam ngekhayal cerita. Kayaknya Nadia ingin menjadikan Nia sebagai Partner nya nih. Bakalan kaya deh.
"Buk"
"Suara apa nih?" tanya Nia.
"Kok ada sesuatu yang aneh diatas kepala gewe ya?" Nadia curiga.
"Gilaaaaak, ada itu burung jatuh diatas kelapa El O (baca:elo)," Nia alay lagi.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Popular Post

- Copyright © Mampukah kita melintasi dahsyatnya badai kehidupan? - Skyblue - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -