Posted by : Annisa Nur PS Sabtu, 03 Januari 2015

Lagu ini mengantarkanku dalam limpahan nikmat-Nya yang tak terduga. Tak kusangka, hal baik itu datang kepadaku. Tak mengira bahwa seseorang akan hadir dihadapan kita dengan penuh makna. Awalnya aku hanya bermimpi, karena kutahu itu tak akan terjadi. Mengingat kejadian yang lampau, kita tak pernah berucap. Aku tak tahu, apakah ini hanya belas kasih ataukah memang ingin memperbaiki hubungan kekerabatan umat muslim.

Semua tak akan terjadi, tanpa aksi dari seorang yang dekat denganku. Yang men-support ku penuh semangat. Awalnya tak kuhiraukan. Karena kuyakin, akan menyakitkan hati. Tapi dia terus menyemangatiku, "Ayo coba dulu, Nis." Yap, semuanya butuh usaha. Tepat 3 hari setelah dia tanpa bosan menyemangatiku, kuputuskan untuk mencoba. Dan percobaan pertama, hasilnya sangat menggetarkan hati. Inilah yang kutunggu-tunggu selama bertahun-tahun. Kucoba menetralkan semua pikiranku. Kuhilangkan angan-angan belaka yang entah akan kesampaian ataukah tidak.

Semua telah direncanakan. Aku tahu, ini yang terbaik dari Allah SWT. "Maka, nikmat Tuhanmu yang manakah yang kau dustakan?" Lantas aku teringat kejadian 1 tahun lalu. Kucoba mengingat-ingat, "Untuk apa kau lakukan ini, Nis?" Yap, aku tahu ini niat yang salah. Aku belum cerdas dalam menggunakannya. Dan semua itu hanya di latar belakangi oleh pikiran syaitan. Namun sekarang, aku merasakan nikmatnya kesabaran, penantian, dan keikhlasan.

Kuberitahukan pada kedua orang tuaku. Senang hati mereka bangga. Usahaku berbuah hasil yang luar biasa. Saat itu pula, nuansa taman bunga nan luas menghiasi hariku. Saat itu pula, aku berdoa agar dilancarkan segala-galanya. Dilindungi dari segala bentuk kejahatan spiritual. Menjaganya dari jauh...

Tiba di hari H, semoga ini menjadikan ku lebih baik. Dan mengerti arti tolong menolong. Ku ucap salamku untuk kedua orang tuaku, memohon restu agar dimudahkan segalanya. Di beri keselamatan lahir dan batin. Maaf jika terlalu membuat kecewa yang mendalam.
Menunggu sekitar 30 menit. Dan alhamdulillah tepat waktu. Menuju keridhoan-Mu. Mencari bekal untuk masa depan yang sesungguhnya. Bismillah niat berjuang kembali.

Mendekati dini hari, ada pesan angin tersampaikan. Ada amanah yang harus ku laksanakan demi kelancaran rencana ini. Tanpa di tanya, sepertinya aku bisa melakukannya. Hanya Allah Yang Mahatahu apa yang nantinya terjadi. Tak bisa ku pejamkan mata ini. Entah, tak sabar dalam penantian yang panjang ini. Hal yang tak terduga jadinya.

Amanah itu telah kujalankan, telah tersampaikan dengan baik, dan hasilnya menyenangkan walau ada keterlambatan. Aku berdoa agar diberi kelancaran, keamanan, kenyamanan, serta keselamatan dalam perjalanannya. Namanya juga anak kesayangan. Siapa yang mau kehilangan dirinya?

Perjalanan hati telah tiba di tempat tujuan. Senyum merekah menghiasi wajah ini. Lantas kegiatan apa yang harus kulakukan? Ibu menelpon, mengingatkanku untuk tetap mengingat Allah. Yap! ku laksanakan sholat tahajjud. Ku panjatkan doa. Inilah ujian kesabaran dimulai. 5 jam tak sebanding dengan 5 tahun. Ini tak se lama yang kau bayangkan. Waktu akan terus berjalan, tak pernah lelah dalam menjalaninya.

Saatnya untuk menyeru asma-Mu Ya Rabb. Aku tak tahu harus berkata dan berbuat apa. Sama-sama diam. Hanya menyapa satu dua kali. Takut hal buruk masa lalu, akan terulang kembali. Aku tak menyesal, apalagi menggerutu. Biarlah, jika cara ini yang terbaik. Hingga ku tertinggal dalam langkahnya. Tetap, harus tersenyum penuh syukur. Kunci untuk memasuki gerbong pertandingan telah dibuka. Yang diserahkan dengan tangan penuh makna. Aku sebenarnya tahu, dimana letak tempat duduk yang sesuai dengan kita, namun lagi-lagi aku hanya diam. Sungguh, ini sangat mengusik.

Perjalanan ini belum berakhir. Ada rintangan dan tantangan yang harus dihadapi. Mengapa kau menjauh? Ohiya, lupa! Inilah cara terbaik yang telah dirancang oleh-Nya. Kita konsentrasi dengan aktivitas pribadi. Jadi, bagaimana dengan rencana yang telah rapih tersusun tadi? Alhamdulillah tetap jalan, walau tak sesuai dengan hati ku. Mungkin saja, itu sesuai di hatinya. Yang dekat jadi jauh, yang jauh jadi dekat. Ingin menyapanya, namun keraguan menyelimutiku. Menjadikan pikirin semrawut. Ah, biar saja dia yang menyapa terlebih dahulu.

Semua tak sesuai yang kau kira, Nis! Perkiraan manusia kadang meleset hingga jauhnya. Dan itu selalu menjadikan beban pikiran yang kuat. Sehingga hati tak lagi jernih. Karena, yang dipikirkan adalah hal buruk yang memungkinkan terjadi. Saat itu pun aku hanya bisa diam.

Pos-pos telah terlewati. Masih banyak pos lainnya. Saat dalam pos yang mempunyai ketinggian maksimal, kami pun saling membantu. Indahnya kebersamaan membuat hati menjadi lega. Pos ini sangat padat manusia. Bagaikan semut tak berdaya jika dari atas. Aku tahu, aku telah mempunyai banyak pengalaman. Aku yakin kamu juga punya, tapi kenapa ada keraguan hati? Yakin lah. Tak mungkin berubah tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.
Ketika ku melihat ada sosok malaikat kecil yang akan hadir di masa depanku kelak, dia pun sama. Sangat menggemaskan. Senyumnya yang mekar. Pipi merahnya, membuatku ingin mencubitnya. Dan warna bajunya, sesuai dengan warna kulitnya.

Sudah. Ini sungguh gila. Tanpa bercakap, seolah telepati mengerti segalanya. Walau begitu, tetap bibir ini perlu olahraga. Untuk terus tersenyum, namun keadaan sedang genting. Bagaimana mungkin? Takut disangka orang gila. Bagaimana baiknya? Nantikan saja di posko yang nyaman.
Aku yakin semua posko itu nyaman. Hanya bagaimana kita yang menikmatinya. Dan saatnya posko ternyaman berhenti, istirahat terlebih dahulu. Dan mulailah percakapan kecil. Ini juga benar-benar tak kusangka. Mengajakku untuk eksplorasi. Sepertinya menyenangkan. Tapi, kapan selesai?

The last destination. Menyenangkan sekali. Kuserahkan kunci tersebut. Maaf sebetulnya tak ada unsur kesengajaan. Tapi, dirasa itu tidak nyaman, inilah manusia. Pasti punya khilaf dan rasa bersalah. Aku merasakannya. Bagaimana dengannya? Lagi-lagi hanya diam. Karena hal itu dianggap tak ada diantara kami yang mengetahui, namun sebenarnya tahu dan pastinya merasakannya. Jika aku iya, maka dia iya. Jika dia menjawab tidak, itulah pelampiasan yang sempurna.

Jadi gimana rencana selanjutnya? Akankah lebih indah dari ini? Hanya Allah Yang Mahatahu

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Popular Post

- Copyright © Mampukah kita melintasi dahsyatnya badai kehidupan? - Skyblue - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -