Posted by : Annisa Nur PS Minggu, 18 Agustus 2013

Laki-laki itu membalikkan badan. Tangannya terulur hendak menekan bel kembali tapi urung. Sejenak Ia terkejut mendapati aku ada di depannya.
” Maaf, cari siapa??” Tanyaku. Laki-laki itui tersenyum.
” Nabila ya?? Nabila Dwi Novianti Putri??” Tanya laki-laki itu. Walau merasa heran, aku tetap mengangguk. Laki-laki itu kembali tersenyum. Ia mengulurkan tangannya dan segera memperkenalkan diri.
” Kenalin. Raka. Raka Saputra Ardiansyah...” Aku menyambut uluran tangannya dengan dahi yang masih berkerut. Namun, sepertinya cowok yang bernama Raka ini sama-sekali-tidak-peduli.
” Sayang, dibawa masuk dong tamunya....” Terdengar seruan dari dalam.
” Oh iya... Langsung ke ruang makan..” Terdengar, Mama kembali berseru. Aku kembali memandang cowok yang bernama Raka itu.
” Ayo masuk...” Ajakku lalu masuk mendahuluinya. Raka mengikutiku masuk ke rumah dan langsung menuju ruang makan. Aku ternganga mendapati makanan di meja makan. Hampir aja aku lupa menutup mulut kalo nggak inget ada cowok itu di sampingku.
” Siang, Tant...” Sapa cowok itu. Apa?? Tant?? Dia manggil Mama aku dengan sebutan Tant?? Siapa sih dia sebenarnya??
” Siang juga, Raka... Lama nggak jumpa, ya. Gimana kabarnya??” Mama menanggapi pertanyaan Raka dan segera meninggalkan meja makan, berjalan ke arah kami. Mama juga! Mama kok kenal cowok ini?? Siapa dia?? Dan.... ’Lama nggak jumpa’?? Emang pernah ketemu dimana??
” Baik , Tant. Tante dapat salam dari  Mama..” Sahut Raka. ’Dapet salam dari Mama’?? Jadi, Mama dan Mamanya Raka saling kenal?? Tapi, kapan?? Mama biasa ngenalin aku sama temen-temennya. Kukira, aku kenal semua temen Mama, termasuk temen bisnis. Tapi ternyata perkiraanku salah. Buktinya aku nggak kenal Mamanya Raka.
” Nayla, tolong bawain tas Raka ke kamarnya, ya...” Pinta Mama. Kamar Raka?? Jangan-jangan... Kamar itu ya?? Kamar yang dibiarkan kosong selama beberapa tahun. Mama bilang sih, kamar itu dari awal memang nggak ada yang nempatin. Dan sekarang kamar itu akan di tempati oleh cowok ini??? Eh, tunggu!! Di tempati cowok ini?? Berarti cowok ini akan menginap di sini, dong??
” Itu hlo sayang... Yang kemaren di beresin sama Bi Sum...” Kata Mama mebuyarkan lamunanku. Ya. Kemaren aku liat Bibi sedang membersihkan kamar yang teat berada di samping kamarku. Oh... Jadi kamar itu dibersihkan karena cowok ini?? Istimewa dong cowok ini?? Dan hidangan di atas meja makan itu??? Itu kan semua hidangan istimewa. Seberapa istimewanya kah tamu yang satu ini???
” Kok bengong??” Pertanyaan Mama menghantarkanku kembali ke dunia nyata. Aku menggeleng kecil lalu segera mengambil tas dari genggaman Raka. Aku segera menjauh dari 2 orang yang membuatku bingung, berjalan menuju kamar baru disamping kamarku. Stop! Ampir lupa. Kenapa kamar ini dibereskan khusus  buat cowok itu?? Kan ada kamar tamu. Kenapa harus kamar ini?? Berarti cowok itu memang sangat istimewa. Tapi, siapa sih dia?? Aku nggak kenal dia kan?? Ketemu aja baru kali ini. Tapi, darimana dia bisa tau namaku?? Aku membuka pintu kamar itu dan melemparkan tas cowok tadi ke atas tempat tidur.
Ah.... Mendingan nanti tanya ama Mama aja. Sekarang waktunya makan siang. Cacing di perutku udah pada disko nih.... Aku pun segera turun dari lantai dua menuju ruang makan yang ada di lantai satu.
” Pokoknya inget... Tante nggak mau kamu nyinggung soal ’itu’. Mengerti, Raka??” Aku menajamkan pendengaranku. Itu kan suara Mama?? Mama bicara apa sama Raka?? Kenapa harus sembunyi-sembunyi?? Dan ’itu’. Apa yang di maksud dengan ’itu’??
Mama tampak terkejut dengan kedatanganku. Tapi Raka tetap biasa-biasa saja. Ada. Pasti ada yang sengaja disembunyikan dariku. Tapi APA?? Aku mengangkat sebelah alisku.
” Ayo sayang, kita makan siang dulu...” Dengan gugup, Mama menghampiri meja makan dan menarikkan sebuah kursi untukku. Aku menatap Raka dengan heran. Namun, Raka hanya diam. Ekspresi nya sama sekali tidak berubah. Aku pun memilih untuk menuju kursi yang telah disediakan oleh Mama untukku. Aku duduk dan memulai makan siangku.

*********

Aku menimang-nimang Hp ku. Menimbang tawaran Gilang tadi siang. Akankah aku menerima tawarannya untuk dijemput besok pagi??? Saat itulah tiba-tiba pintu kamarku terbuka. Kepala Mama menengok ke dalam kamarku. Aku segera menegakkan tubuh dan berjalan menghampiri Mama yang berdiri menanti dipintu kamarku.
” Kenapa Ma??”
” Em... Bisa ke ruangan Mama?? Mama mau bicara dulu....”
” Bicara, Ma?? Tumben...” Kataku dengan nada heran yang sangat kentara. Mama hanya mengangguk kecil lalu segera berlalu ke ruangannya sendiri. Bicara?? Bicara apa?? Apa soal Raka?? Kenapa lagi cowok itu?? Aku tau. Aku tau dia mau nginep disini malam ini. Berarti bukan karena dia?? Lalu apa?? Ah! Lebih baeg segera ke ruang kerja Mama aja. Biar nggak makin penasaran.

*********

” Duduk sayang...” Kata Mama saat mengetahui aku yang masuk ruang kerjanya. Mama melepas kacamata yang biasa Mama kenakan untuk bekerja. Aku mengambil tempat di depan Mama. Aneh. Kenapa suasananya jadi formal begini?? Tadi kepsek, sekarang Mama, apa besok Papa??
” Mama mau bicara apa??” Tanyaku to the point. Mama tersenyum. Aku menjamin itu hanya senyum basa-basi. Mama sering tersenyum. Dan aku adalah anaknya. Jadi, aku tau betul mana senyum palsu, ikhlas, terpaksa, dan basa-basi Mama. Aku mendengus sebal.
” Kenapa pakek basa-basi segala, Ma??”
” Gini... Kamu tau, kan?? Raka mau nginep disini??”
” Ya. Nayla tau. Emang kenapa, Ma?? Besok Nayla suruh nganter Raka ke Bandara waktu mau pulang gitu??”
”           Nggak. Bukan itu, sayang... Mama mau bilang, Raka akan tingga; bersama kita disini... sampai Raka lulus SMA...”
” Apa?!?” Tak ayal lagi aku terkejut. Tanpa kusadari, aku berdiri dari dudukku. Mama mendongak menatap ke arahku. Mata Mama yang mempunyai sorot lembut menatap tepat ke manik mataku. Aku membalas tatapan lembut itu dengan tatapan marah. Mama mengizinkan cowok itu menginap dirumah ini tanpa mengajakku untuk mendiskusikannya terlebih dahulu?? Bukan. Pasti bukan cuma Mama. Papa pasti juga udah tau soal ini. Kalau nggak, mana mungkin Mama seberani ini ngijinin cowok itu tinggal disini.
” Papa tau soal ini??”
” Ya. Papa tau. Papa yang tau lebih dulu...” Sahut Mama mebuat aku makin marah. Dan saat itu, nama Bi Sum melintas. Hidangan istimewa, kamar yang dibersihkan, rumah yang setelah kuamati lebih bersih hari ini, dan Bi Sum tidak berlari ke pintu saat bel pintu berdering nyaring.
” Bibi juga tau??”
” Ya. Mama ngandelin Bi Sum buat neyiapin penyambutan bagi Raka...” Rasanya emosiku langsung naik ke ubun-ubun. Mama, Papa, mereka tau. Tapi kenapa aku tidak?? Bahkan Bi Sum pun tau! Kenapa aku enggak?? Apa mereka udah nggak nganggep aku sebagai penghuni rumah ini lagi?? Aku tinggal disini. Kenapa aku nggak diajak diskusi soal ini???
” Mama sama Papa..... Kenapa kalian nggak ngasih tau Nayla dulu. Nayla anak kalian. Dan Nayla juga tinggal disini. Kenapa kalian nggak ngasih tau Nayla dulu?? Kalian udah nggak nganggep Nayla lagi???”
” Bukan gitu, sayang.....”
” Lalu??”
” Hhh... Mama nggak nyangka kamu akan semarah ini. Mama pikir kamu akan nerima semuanya...”
” Gimana Nayla nggak marah?? Bi Sum tau. Sedangkan  Nayla enggak. Apa pendapat Nayla udah nggak dianggep lagi disini??”
” Nayla... Kamu sabar dulu dong....” Kata Mama terdengar putus asa. Aku un diam. Aneh. Kenapa aku jadi semarah ini??
” Mama nggak bisa ngasih tau kamu karena Mama pengen kamu makin marah malam ini. Besok akan Mama lanjutkan tentang Raka. Sekarang Mama harap kamu bisa menenangkan diri. Mama harap sekarang kamu mau nurutin Mama dulu. Kamu tidur dulu ya, sayang. Besok akan kita bicarakan lagi saat sarapan.” Kata Mama. Dan kurasa Mama benar. Aku harus menenangkan diri terlebuh dahulu. Aku pun hanya bisa mengangguk lemah. Aku berbalik dan berjalan menuju pintu. Sebelum sampai pintu, aku ingat sesuatu.
” Ma, besok Nayla mau dijemput temen. Nayla nggak mau telat lagi...” Kataku sambil memutar kepalaku sampai aku bisa menatap Mama yang berdiri di belakangku. Mama hanya tersenyum samar menanggapi kata-kataku. Aku mengedikkan bahu lalu berjalan keluar dari ruang kerja Mama.

                                              *********   

” Seneng banget gua bisa balik ke sini lagi. Rasanya kangen juga sama suasana sini. Sama kamar ini. Rumah ini beserta penghuninya. Udah 5 tahun gua nggak masuk kamar ini lagi. Gua inget waktu gua masih maen disini 5 tahun lalu. Sayangnya, ada yang kurang. Dan kekurangan itu sangat berarti dalam menyempurnakan kebahagiaan gua saat ini. Andai aja yang jadi kekurangan itu ada saat ini. Gua pasti seneng. Lebih seneng dari sekarang.... Andai waktu bisa terulang....” Langkahku terhenti saat melewati kamar di samping kamarku, kamar Raka. Suara itu, walau baru sekali aku mendengar aku yakin itu suara Raka. Lagian, siapa lagi yang tinggal di kamar ini selain Raka?? Namun, mau tak mau aku bingung juga dengan ucapan Raka barusan. ’Bisa balik ke sini lagi’?? ’ Kangen juga sama suasana sini’??. ’Sama kamar ini. Rumah ini beserta penghuninya’?? Berarti dia pernah kesini?? Dan dia pernah tinggal di kamar ini, atau setidaknya masuk ke kamar ini?? Tapi, kenapa aku nggak tau?? Apa jangan-jangan... Aku Cuma salah denger?? Tapi, kata-kata Raka berikutnya.... ’ Udah 5 tahun gua nggak masuk kamar ini lagi’ Berarti benar dia pernah kesini. 5 tahun lalu berarti aku masih kelas 6 SD. Saat itu.... Arrgh.... Sial! Aku sama sekali nggak ingat soal itu.
Aku melongok kedalam kamar melalui pintu yang dibiarkan oleh Raka terbuka sedikit. Cowok itu tampak sedang tiduran di atas tempat tidurnya. Posisi tidurnya telentang dengan mata terfokus pada langit-langit kamar. Pandangannya terlihat menerawang. Sepertinya Ia sedang memikirkan sesuatu. Atau... mengingat sesuatu?? Ah! Aku nggak bisa membedakannya. Tapi, aku nggak punya waktu banyak untuk berfikir disini. Aku harus segera kembali ke kamar sebelum Raka memutar kepalanya ke arah pintu dan mendapati aku sedang mengintipnya. Wah... Bisa Ge-eR tu anak.
Aku pun memilih untuyk segera meninggalkan kamar Raka dan berjalan menuju kamarku. Sampai didepan kamarku, kubuka pintu kamarku dan nuansa biru muda segera menyergap mataku. Background biru muda, karpet biru muda, seprai biru muda, sofa biru muda, lamu tidur biru muda, pokoknya semua serba biru muda, kecuali barang yang berbahan dasar kayu. Aku sama sekali nggak tertarik buat mengecat warnanya menjadi biru muda. Aku segera menutup pintu kamarku dan menghempaskan diri ke tempat tidur. Ku raih Hp ku yang tergeletak dengan pasrah di samping bantal. Aku segera mengetik sms dan mengirimkannya ke sebuah nomor.

>>>> To : Gilang Waketos 1
 Lang, besok kamu bisa jemput aku?? Aku ternyata bener-bener butuh jemputan. Kalau bisa makasih....

Hhh... Aku menghembuskan nafasku yang terasa memenuhi dadaku. Sejenak aku merasa lega. Namun, sedetik kemudian aku ingat soal masalahku hari ini. Banyak banget masalahku hari ini. Soal jabatan ketos yang bersangkutan dengan kebiasaan aku yang telat ke sekolah, tentang Raka dan semua rahasia yang disembunyikan dariku. Tentang besok yang akan dibicarakan Mama yang kemungkinan besar akan membuatku kembali marah. Tapi, benarkah?? Apakah aku akan  marah lagi?? Nggak tau, deh. Hari ini aku lagi banyak masalah. Jadi, mau nggak mau emosiku jadi gampang naik. Walau, aku selalu menutupi emosiku yang berlebihan di depan para sahabat dan siswa maupun siswi SMA Global Pop. Mungkin, dan ini adalah kemungkinan besar, mereka – siswa maupun siswi SMA Global Pop – nggak pernah liat aku marah. Yang mereka ketahui adalah bahwa : Aku ketua OSIS SMA Global Pop adalah orang yang selalu ceria setiap saat. Dan nyatanya, aku memang ingin menjadi pribadi yang ceria. Jadi aku sama sekali nggak mau ngerubah pendapat mereka soal aku.

*********

Untung. Untung hari ini aku nggak telat bangun. Pukul 6.00 aku udah siap di depan meja makan. Begitu juga Mama dan Raka. Papa sedang tugas diluar kota. Kemaren malam, aku ketiduran setelah lelah memikirkan semua masalah yang aku hadapi. Rasanya pikiranku kembali segar dan plong setelah tidur semalam.
” Gimana, sayang?? Tidur kamu enak??”
” Yah.... Cukup lah, Ma...” Sahutku sambil tersenyum menatap Mama. Mama balas tersenyum.
” Trus, kemaren Mama mau bicara apa??” Tanyaku saat ingat kembali kata-kata Mama kemaren malam. Mama menatapku. Keliatannya Mama sedang mencari kepastian apakah aku akan marah lagi apa enggak. Tak lama, Mama manghela nafas lalu mulai berbicara....
” Raka akan satu sekolah sama kamu...” Kata Mama. Aku terkejut. Pandanganku teralihkan ke arah Raka yang juga tengah menatapku. Dia... Cowok ini.... Dia mau bersekolah di SMA Global Pop?? Marah?? Apakah aku akan kembali marah?? Kenapa Mama begitu mengistimewakan Raka?? SIAPA DIA SEBENARNYA???

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Popular Post

- Copyright © Mampukah kita melintasi dahsyatnya badai kehidupan? - Skyblue - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -