Posted by : Annisa Nur PS Senin, 19 Agustus 2013

Yup! This is chapter 3
Moga masih ada yang baca, ya!
Let's read and hope u enjoy it!

*********

” Nayla jadi penasaran, keistimewaan apa lagi yang akan Mama berikan sama Raka...” Kataku dengan nada datar setelah berhasil menenangkan diri. Kulihat, gerakan tangan Raka terhenti. Tangannya jadi mengambang di udara, di depan mulutnya. Setangkup roti selai tampak berada dalam genggamannya. Perlahan-lahan, tangannya turun lalu menatapku dengan dahi berkerut.
Namun sedetik kemudian, sinar kebingungan yang terpancar dari sorot matanya berganti dengan kilatan jahil yang menari-nari di matanya. Senyumnya mengembang, tapi senyum jahil. Ganti aku yang mengerutkan kening.
” Cemburu nih yeee.....” Goda Raka.
” Paan sih!” Gertakku. Raka malah tertawa terkekeh-kekeh.
” Jangan galak-galak dong, Neng... Tu ada kecoak...” Tunjuk Raka ke arah samping kiriku. Kurasakan mukaku mulai memucat. Dengan takut-takut, aku melirik ke arah yang ditunjuk oleh Raka. Seketika mataku terbelalak lebar saat mendapati tidak ada apa-apa disitu. Aku kembali menatap Raka dengan pandangan bertanya. Raka kembali tertawa. Sialan! Aku dikerjai. Kenapa aku bisa dengan mudahnya ditipu oleh cowok satu ini?? Aku melotot marah ke arah Raka. Tapi, bukannya Raka takut, tawanya malah semakin keras. Raka terbahak.
” 1-0, Neng... Masih aja mudah ditipu, ya. Kamu nggak berubah, ya...” Kata Raka di sela-sela tawanya. Namun, tawa Raka tiba-tiba terhenti. Aku kembali menatapnya dengan heran. Muka Raka memucat. Kualihkan pandangan ke arah Mama yang sedang memandang Raka dengan pandangan mencela. Keningku kembali berkerut.
” Kenapa, sih??” Tanyaku dengan heran.
” Tiin-tiin...” Terdengar klakson mobil dari depan rumah. Kutatap Mama lalu berdiri dari dudukku.
” Ma, Nay berangkat dulu...” Kataku. Mama menangguk. Aku memeluk Mama lantas mencium pipi Mama dengan penuh sayang.
” Hati-hati ya, sayang....” Kata Mama. Aku mengangguk lalu segera berjalan menjauh.
” Nay... Tungguin, dong. Gua ngikut...” Kata Raka sembil berjalan cepat kearahku. Aku berhenti, menunggu Raka yang sedang sibuk mengenakan tasnya. Tak lama, Raka telah berada di sampingku.
“ Dijemput temen ya?? Siapa?? Cowok pa cewek???” Rentetan pertanyaan keluar dari mulut Raka.
” Cowok. Waketos SMA Global Pop...” Sahutku “ Kalau mau ikut, ayo cepetan...” Aku melanjutkan langkahku keluar dari rumah. Kulirik arlojiku. Pukul 06.15. Masih ada banyak waktu....
” Hai, Lang. Maaf, nih. Sepupu aku mau ikutan boleh??”
” Sepupu kamu??” Gilang mengankat sebelah alisnya. Ia memandang melewati bahuku. Dan sepertinya Ia sudah menemukan sosok Raka karena gumaman ’oh’ keluar dari mulutnya. Aku mengangguk.
” Boleh, deh. Asal mau duduk di jok belakang...” Kata Gilang sambil tersenyum. Aku hanya balas tersenyum kecil. Kulirik Raka yang berdiri di belakangku, berharap Ia akan membalas senyum Gilang, barang sedikit. Tapi, harapanku sia-sia. Raka bersikap cuek pada Gilang. Aku mendengus sebal. Dasar.
” Ayo masuk, Nay...” Suara Gilang membuatku kembali menatapnya. Aku pun masuk mobil dan duduk di jok samping kemudi. Raka mengikuti masuk ke jok belakang.

********

” Tumben nggak telat, Nay...” Sambut Gita saat aku meletakkan tasku diatas meja. Aku duduk lalu balas menatap Gita.
” Iyya. Abis dijemput ama Gilang sih...” Sahutku. Gita terbelalak sedangkan aku puas. Memang itulah reaksi yang kumau dari Gita.
” Yang bener Lo, Nay...” Mala menjerit histeris. Aku segera menatapnya dengan tatapan yang mangatakan nggak-usah-lebay-deh-Lo-!. Mala hanya nyengir lebar menanggapi tatapanku.
” Emang bener, Nay?? Kamu di jemput ama Gilang??” Tanya Mala. Aku mengangguk mantap.
” Hm... Bagus thu... Kayaknya Gilang suka sama kamu....” Aku mengalihkan pandangan ke arah Intan yang tadi mengeluarkan suaranya. Anak itu masih asik dengan bukunya.
” Suka gimana??”
” Nawarin buat jemput plus anter pulang, kan??”
” Hmm... Iyya...” Sahutku saat teringat tawaran Gilang sebelum aku turun dari mobil. Tentu ajj tawaran buat dianter pulang. Aku hanya menanggapai ajakan Gilang dengan tersenyum. Habisnya aku bingung antara terima atau enggak. Tapi spsertinya Gilang mangartikan senyumku dengan jawaban ’Iya’
” Nah, itulah. Dia suka sama kamu. Lagian tatapannya ke kamu thu beda banget. Istimewa gimana.... gitu...” Sambar Mala.
” Itu yang aku maksud, Nay...” Kata Intan sambil menutup bukunya. Mata Intan yang berbingkai kacamata teralih ke arahku. Detik berikutnya, senyum menghiasi wajah ayu Intan. Walau pakek kacamata, kalian janga sampai salah menduga. Wajah Intan ayu banget.
” Ihh! Kalian apaan sih! Sekongkolan ya??”
” Udah ah. Nggak seru woy!!” Ujar Gita dengan sewot.
” Eh, aku kan belum cerita soal mimpi aku....”
” Mimpi apaan??” Mala langsung tertarik. Aku tersenyum lebar lalu mulai menceritakan mimpiku kepada 3 sahabatku yang mendengarkan dengan seksama.
”....Nah, sejak mimpi itu terulang berkali-kali, aku thu jadi nyimpulin kalau itu kenangan masa kecil aku.... Dan laki-laki itu, adalah pangeran kecilku...” Kataku mengakhiri ceritaku.
” Wah... So sweet... Kata-katanya so sweet banget... ’ Aku akan melindungimu’. Aku mau dong, Nay...” Mala langsung histeris. Aku mendelik lalu tersenyum.
” Tapi, aku nggak tau siapa Bella...” Kataku murung. Nggak tau kenapa, Mala jadi ikutan murung. Ya. Bella. Nama itu masih menjadi teka-teki bagiku. Siapa sebenarnya Bella, aku masih kurang tau. Aku harap, suatu saat nanti aku bisa ngerti soal Bella. Aku bisa kenal siapa sebenarnya Bella.
” Kali ajj itu nama kecil Lo, Nay...” Gita menyuarakan pendapatnya. Nama kecilku... Ah! Kenapa nggak pernah terfikir olehku soal nama kecilku??
” Ah masak?? Gimana bisa aku dipanggil Bella??”
” Lhoh?? Bisa aja kan?? Nama kamu Nabila Dwi Novianti Putri, kan??” Gita memastikan. Aku mangangguk.
” Bisa aja... Liat nih....” Gita mengambil buku tulis dan pensil lalu mulai menggoreskan pensilnya didalam halaman yang kosong. Gita menulis namaku. Ada bagian huruf yang Ia kapitalkan ( huruf besar-kan ). Aku mulai memperhatikan teori yang disampaikan Gita. ” Gini, nih...naBILA dwi novianti putri... Liat ya... Dari kata BILA yang sengaja ku tulis dengan huruf kapital bisa menjadi......” Gita membuat anak panah disamping namaku lalu menulis kata lain lagi ” BILLA...” Gita kembali menulis lagi ” Liat, kan... Dan BILLA bisa jadi BELLA.... Kamu ngerti, Nay??” Tanya Gita sambil melingkari nama Bella yang di tulisnya di buku tulis miliknya. Aku tercenung. Benar juga. Benar juga apa yang dijelaskan oleh Gita. Dari Nabila >> Nabilla >> Nabella... Tapi, apa benar Bella itu nama kecilku??
” Woy! Kabar baru! Kelas XI – IPS – 1 ada anak baru. Cowok! Keren banget, gilla. Aku baru aja liat. Gilang lewat deh kerennya...” Dita masuk ke kelas sambil teriak-teriak heboh. Andita Maharani Renata. Ratu gosip SMA Global Pop. Pantes aja dia langsung tau kabar kepindahan Raka ke SMA Global Pop ini. Aku hanya memandangnya dengan ekspresi datar.
” Kamu tau, Nay??” Tanya Dita sambil memasang wajah berharap. Aku hanya mengangguk kecil.
” Siapa?? Siapa namanya??”
” Raka. Raka Saputra Ardiansyah. Pindahan dari mana aku kurang tau...” Sahutku. Mata Dita berbinar cerah. Oh... Sebegitu besarnya kah pesonamu, Raka?? Cowok yang nggak tau malu??

********

” Lhoh?? Mama?? Papa??” Tanyaku heran saat mendapati Mama dan Papa yang duduk di sofa di depan TV. Aku baru saja bangun tidur. Jadi, aku nggak tau dengan pasti kapan Papa pulang dari luar negri. Kalau Mama, sepertinya Mama baru ambil cuti.
” Lhoh?? Mama?? Papa?? Tumben ada di rumah??” Tanyaku sambil menghempaskan diri di salah satu sofa yang berhadapan dengan sofa yang di duduki Papa dan Mama.
” Oooh... Jadi ceritanya nggak suka, nih?? Papa sama Mama ada di rumah??” Goda Papa.
” Bukan begitu Papa... Biasanya kan Papa sama Mama nggak ada waktu buat pulang ke rumah...” Sahutku dengan sedikit menyindir. Papa tersenyum lalu membenahi posisi duduknya.
” Papa dengar kamu marah-marah soal Raka??”
” Ya jelaslah,Pa! Kalian ngundang Raka ke sini tanpa ngasih tau aku.” Gerutuku sebal. Kulirik, Papa dan Mama saling pandang sambil tersenyum.
” Bukan itu maksud kami, Nabila... Papa sama Mama cuma pengen ngasih surprise buat kamu.”
” Iya sih.. Nayla ngerasa surprise banget...” Kataku sebal sambil memberi penekanan pada kata surprise. Papa kembali tersenyum.
” Kita punya alasan tersendiri, sayang...” Kali ini Mama yang bicara.
” Lalu alasannya apa??” Tanyaku dengan nada menantang.
” Nanti aja kita bicarakan waktu makan malam??”
” Kenapa harus waktu makan malam, Pa??” Tanyaku heran sambil menegakkan badanku yang sedari tadi tersandar di sandaran sofa.
” Nggak baik membicarakan orang di belakangnya. Sekarang, Raka baru keluar buat nyari buku diktat.” Sahut Papa. Papa berdiri dari duduknya dan mengacak-acak puncak kepalaku sambil tersenyum. Papa pun berlalu. Di ruag keluarga kini tinggal aku dan Mama. Tapi, beberapa detik setelah Papa, Mama juga pergi. Dan, tinggallah aku sendiri di sini.
Nanti malam. Rasanya nggak sabar. Siapa Raka sebenarnya, aku akan tau nanti malam. Ngapain sih si Raka pakek keluar segala?? Jadi harus nunggu, kan???

********

 Kuletakkan garpu dan sendokku setelah suapan terakhir masuk ke mulutku. Mama dan Papa menoleh sedangkan Raka masih seperti biasa. Tanpa ekspresei yang berarti.
” Gimana Pa, Ma??” Tanyaku membuka percakapan. Saat itulah kulihat Raka mengalihkan pandangan ke arahku dengan satu alis terangkat. Namun, hanya 1-2 detik saja. Karena, setelah itu Raka kembali sibuk dengan pekerjaannya, makanannya maksudnya. Aku kembali memfokuskan perhatian kepada Papa dan Mama. Papa meletakkan garpu dan sendoknya, menghela nafas, lalu mulai bicara.
” Raka, ada baiknya kamu ikut mendengarkan. Karena ini menyangkut kamu.” Kata Papa sambil mengalihkan pandangan ke arah Raka. Raka menurut sambil melipat kedua tangannya di atas meja. Papa kembal memfokuskan pandangan ke arahku. ” Papa sama Mama nggak ada maksud buat kamu marah. Cuman.. Papa sama Mama berfikir. Mungkin, kamu akan senang dengan kehadiran Raka di sini. Karena... Raka itu teman masa kecil kamu...” Lanjut Papa. Papa terdiam. Menunggu reaksi dariku. Aku hanya memilih diam tanpa komentar. Jadi, Raka adalah teman masa kecilku??? Apa dia juga yang selama ini menjadi Pangeran Kecil ku?? Ah! Masak cowok kurang ajar kayak gini yang jadi Pangeran?? Mana mingkin???
” Jadi, Papa harap kamu bisa ramah sama Raka... Walau bagaimana pun, dia tamu istimewa kita. Papa, Mama, dan kamu...”

********

” Hai... Boleh duduk???” Tanyaku kepada Raka yang asyik duduk mengamati bintang di taman belakang. Raka menoleh lalu tersenyum dan mengangguk.
” Boleh aja...” Kata Raka kemudian. Aku membalas senyumnya lalu segera duduk di sampingnya. Aku diam. Pandang mataku menikuti arah pandangan Raka yang kemabli asyik dengan bintang-bintang di langit.
” Mau apa?? Kelihatannya penting....” Tanya Raka. Aku tersentak di tanya dengan tiba-tiba seperti itu. Aku mengatur nafas.
” Apa bener kamu temen masa kecilku??” Tanyaku to the point. Raka menatapku sejenak lalu kembali menatap langit.
” Iyya. Emang kenapa??” Tanyanya balik. Aku menarik nafas.
” Kamu kenal yang namanya Bella??” Tanyaku lagi. Raka kembali mengalihkan pandangan ke arahku. Kali ini agak lama Raka menataku. Di tatap seperti itu, rasanya risih juga. Aku melengos.
” Darimana kamu tahu nama itu??” Tanya Raka terdengar tajam. Aku diam sambil bertahan mengalihkan pandanganku dari Raka.
” Kenal. Bukannya itu kamu sendiri??” Tanya Raka. Nadanya kembali seperti biasa. Aku kembali menatap Raka.
” Aku sering mimpi soal seseorang yang melindungiku dan memanggilku dengan nama Bella. Walaupun mimpi, aku rasa itu seperti flashback ku. Karena, sering banget mimpi itu terulang. Apa seseorang yang melindungiku itu kamu??” Tanyaku. Raka tersenyum lalu menggeleng.
” Bukan. Waktu kecil, hanya satu orang yang manggil kamu dengan nama Bella. Aku sendiri manggil kamu dengan nama Nabil. Dan, Papa sama Mama kamu manggil kamu dengan nama panggilan kamu saat ini. Nayla.”
” Lalu?? Siapa orang yang manggil aku dengan nama Bella itu??”
” Suatu saat nanti, kamu akan tau sendiri. Oh iya, bintang itu??” Raka mengalihkan pembicaraan sambil menunjuk sebuah bintang. Mataku mengikuti arah telunjuk Raka. Bintang yang di tunjuk Raka adalah bintang yang menurutku bintang paling terang.
” Itu adalah Druva. Bintang yang paliiing terang. Menurutku, sih... Dan kamu tau nggak??” Raka mengalihkan pandangan ke arahku. Tiba-tiba sesuatu melintas di fikiranku.

” Ku harap, Druva mau menjaga kamu untukku. Ku harap setiap malam Druva mengirimkan pesan yang berisi keadaanmu, kepadaku”
” Ih! Ardi ngaco, deh! Mana bisa??”
” Bisa aja! Kenapa enggak??”
” Kenapa nggak kamu aja yang langsung jaga aku?? Kenapa harus Druva??”
” Karena aku harus pergi”
” Pergi?? Pergi kemana??”
” Jauh! Tapi, aku pasti kembali deh!”

Suara-suara itu kembali menyergapku. Siapa lagi yang bicara?? Kuarasakan kepalaku mulai terasa sakit. Pandanganku berkunang-kunang. Kegelapan mulai menyergapku. Detik berikutnya, kepalaku rebah di pundak Raka dan kurasakan tangan besar Raka memeluk pundakku.
” Maafin aku, Bil.... Mungkin cara aku salah. Tapi, aku pengen kamu inget... Walaupun aku masih belum bisa jujur sepenuhnya.........” Dalam kesadaranku yang kian menipis, aku masih dapat mendengar gumaman lirih Raka. Apa maksud Raka?? Inget?? Inget soal apa?? Lalu, kenapa belum jujur sepenuhnya?? Apa masih ada yang disembunyikan dariku??

*********

Nah, akhirnya keluar juga identitas Raka
Raka kan temen Nayla waktu kecil
Tapi, kok Nayla nggak tau, ya??
Apa  ya yang di sembunyiin Raka??
Trus, siapa sih yang manggil Nayla dengan sebutan Bella??

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Popular Post

- Copyright © Mampukah kita melintasi dahsyatnya badai kehidupan? - Skyblue - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -