- Back to Home »
- cerpen »
- MLP - chapter 3 -
Yup! This is chapter 3
Moga masih ada yang baca, ya!
Let's read and hope u enjoy it!
*********
”
Nayla jadi penasaran, keistimewaan apa lagi yang akan Mama berikan sama
Raka...” Kataku dengan nada datar setelah berhasil menenangkan diri.
Kulihat, gerakan tangan Raka terhenti. Tangannya jadi mengambang di
udara, di depan mulutnya. Setangkup roti selai tampak berada dalam
genggamannya. Perlahan-lahan, tangannya turun lalu menatapku dengan dahi
berkerut.
Namun sedetik kemudian, sinar kebingungan yang
terpancar dari sorot matanya berganti dengan kilatan jahil yang
menari-nari di matanya. Senyumnya mengembang, tapi senyum jahil. Ganti
aku yang mengerutkan kening.
” Cemburu nih yeee.....” Goda Raka.
” Paan sih!” Gertakku. Raka malah tertawa terkekeh-kekeh.
”
Jangan galak-galak dong, Neng... Tu ada kecoak...” Tunjuk Raka ke arah
samping kiriku. Kurasakan mukaku mulai memucat. Dengan takut-takut, aku
melirik ke arah yang ditunjuk oleh Raka. Seketika mataku terbelalak
lebar saat mendapati tidak ada apa-apa disitu. Aku kembali menatap Raka
dengan pandangan bertanya. Raka kembali tertawa. Sialan! Aku dikerjai.
Kenapa aku bisa dengan mudahnya ditipu oleh cowok satu ini?? Aku melotot
marah ke arah Raka. Tapi, bukannya Raka takut, tawanya malah semakin
keras. Raka terbahak.
” 1-0, Neng... Masih aja mudah ditipu, ya.
Kamu nggak berubah, ya...” Kata Raka di sela-sela tawanya. Namun, tawa
Raka tiba-tiba terhenti. Aku kembali menatapnya dengan heran. Muka Raka
memucat. Kualihkan pandangan ke arah Mama yang sedang memandang Raka
dengan pandangan mencela. Keningku kembali berkerut.
” Kenapa, sih??” Tanyaku dengan heran.
” Tiin-tiin...” Terdengar klakson mobil dari depan rumah. Kutatap Mama lalu berdiri dari dudukku.
” Ma, Nay berangkat dulu...” Kataku. Mama menangguk. Aku memeluk Mama lantas mencium pipi Mama dengan penuh sayang.
” Hati-hati ya, sayang....” Kata Mama. Aku mengangguk lalu segera berjalan menjauh.
”
Nay... Tungguin, dong. Gua ngikut...” Kata Raka sembil berjalan cepat
kearahku. Aku berhenti, menunggu Raka yang sedang sibuk mengenakan
tasnya. Tak lama, Raka telah berada di sampingku.
“ Dijemput temen ya?? Siapa?? Cowok pa cewek???” Rentetan pertanyaan keluar dari mulut Raka.
”
Cowok. Waketos SMA Global Pop...” Sahutku “ Kalau mau ikut, ayo
cepetan...” Aku melanjutkan langkahku keluar dari rumah. Kulirik
arlojiku. Pukul 06.15. Masih ada banyak waktu....
” Hai, Lang. Maaf, nih. Sepupu aku mau ikutan boleh??”
”
Sepupu kamu??” Gilang mengankat sebelah alisnya. Ia memandang melewati
bahuku. Dan sepertinya Ia sudah menemukan sosok Raka karena gumaman ’oh’
keluar dari mulutnya. Aku mengangguk.
” Boleh, deh. Asal mau
duduk di jok belakang...” Kata Gilang sambil tersenyum. Aku hanya balas
tersenyum kecil. Kulirik Raka yang berdiri di belakangku, berharap Ia
akan membalas senyum Gilang, barang sedikit. Tapi, harapanku sia-sia.
Raka bersikap cuek pada Gilang. Aku mendengus sebal. Dasar.
” Ayo
masuk, Nay...” Suara Gilang membuatku kembali menatapnya. Aku pun masuk
mobil dan duduk di jok samping kemudi. Raka mengikuti masuk ke jok
belakang.
********
” Tumben nggak telat, Nay...” Sambut Gita saat aku meletakkan tasku diatas meja. Aku duduk lalu balas menatap Gita.
” Iyya. Abis dijemput ama Gilang sih...” Sahutku. Gita terbelalak sedangkan aku puas. Memang itulah reaksi yang kumau dari Gita.
”
Yang bener Lo, Nay...” Mala menjerit histeris. Aku segera menatapnya
dengan tatapan yang mangatakan nggak-usah-lebay-deh-Lo-!. Mala hanya
nyengir lebar menanggapi tatapanku.
” Emang bener, Nay?? Kamu di jemput ama Gilang??” Tanya Mala. Aku mengangguk mantap.
”
Hm... Bagus thu... Kayaknya Gilang suka sama kamu....” Aku mengalihkan
pandangan ke arah Intan yang tadi mengeluarkan suaranya. Anak itu masih
asik dengan bukunya.
” Suka gimana??”
” Nawarin buat jemput plus anter pulang, kan??”
”
Hmm... Iyya...” Sahutku saat teringat tawaran Gilang sebelum aku turun
dari mobil. Tentu ajj tawaran buat dianter pulang. Aku hanya menanggapai
ajakan Gilang dengan tersenyum. Habisnya aku bingung antara terima atau
enggak. Tapi spsertinya Gilang mangartikan senyumku dengan jawaban
’Iya’
” Nah, itulah. Dia suka sama kamu. Lagian tatapannya ke kamu thu beda banget. Istimewa gimana.... gitu...” Sambar Mala.
”
Itu yang aku maksud, Nay...” Kata Intan sambil menutup bukunya. Mata
Intan yang berbingkai kacamata teralih ke arahku. Detik berikutnya,
senyum menghiasi wajah ayu Intan. Walau pakek kacamata, kalian janga
sampai salah menduga. Wajah Intan ayu banget.
” Ihh! Kalian apaan sih! Sekongkolan ya??”
” Udah ah. Nggak seru woy!!” Ujar Gita dengan sewot.
” Eh, aku kan belum cerita soal mimpi aku....”
”
Mimpi apaan??” Mala langsung tertarik. Aku tersenyum lebar lalu mulai
menceritakan mimpiku kepada 3 sahabatku yang mendengarkan dengan
seksama.
”....Nah, sejak mimpi itu terulang berkali-kali, aku thu
jadi nyimpulin kalau itu kenangan masa kecil aku.... Dan laki-laki itu,
adalah pangeran kecilku...” Kataku mengakhiri ceritaku.
” Wah...
So sweet... Kata-katanya so sweet banget... ’ Aku akan melindungimu’.
Aku mau dong, Nay...” Mala langsung histeris. Aku mendelik lalu
tersenyum.
” Tapi, aku nggak tau siapa Bella...” Kataku murung.
Nggak tau kenapa, Mala jadi ikutan murung. Ya. Bella. Nama itu masih
menjadi teka-teki bagiku. Siapa sebenarnya Bella, aku masih kurang tau.
Aku harap, suatu saat nanti aku bisa ngerti soal Bella. Aku bisa kenal
siapa sebenarnya Bella.
” Kali ajj itu nama kecil Lo, Nay...” Gita
menyuarakan pendapatnya. Nama kecilku... Ah! Kenapa nggak pernah
terfikir olehku soal nama kecilku??
” Ah masak?? Gimana bisa aku dipanggil Bella??”
” Lhoh?? Bisa aja kan?? Nama kamu Nabila Dwi Novianti Putri, kan??” Gita memastikan. Aku mangangguk.
”
Bisa aja... Liat nih....” Gita mengambil buku tulis dan pensil lalu
mulai menggoreskan pensilnya didalam halaman yang kosong. Gita menulis
namaku. Ada bagian huruf yang Ia kapitalkan ( huruf besar-kan ). Aku
mulai memperhatikan teori yang disampaikan Gita. ” Gini, nih...naBILA
dwi novianti putri... Liat ya... Dari kata BILA yang sengaja ku tulis
dengan huruf kapital bisa menjadi......” Gita membuat anak panah
disamping namaku lalu menulis kata lain lagi ” BILLA...” Gita kembali
menulis lagi ” Liat, kan... Dan BILLA bisa jadi BELLA.... Kamu ngerti,
Nay??” Tanya Gita sambil melingkari nama Bella yang di tulisnya di buku
tulis miliknya. Aku tercenung. Benar juga. Benar juga apa yang
dijelaskan oleh Gita. Dari Nabila >> Nabilla >> Nabella...
Tapi, apa benar Bella itu nama kecilku??
” Woy! Kabar baru! Kelas
XI – IPS – 1 ada anak baru. Cowok! Keren banget, gilla. Aku baru aja
liat. Gilang lewat deh kerennya...” Dita masuk ke kelas sambil
teriak-teriak heboh. Andita Maharani Renata. Ratu gosip SMA Global Pop.
Pantes aja dia langsung tau kabar kepindahan Raka ke SMA Global Pop ini.
Aku hanya memandangnya dengan ekspresi datar.
” Kamu tau, Nay??” Tanya Dita sambil memasang wajah berharap. Aku hanya mengangguk kecil.
” Siapa?? Siapa namanya??”
”
Raka. Raka Saputra Ardiansyah. Pindahan dari mana aku kurang tau...”
Sahutku. Mata Dita berbinar cerah. Oh... Sebegitu besarnya kah pesonamu,
Raka?? Cowok yang nggak tau malu??
********
”
Lhoh?? Mama?? Papa??” Tanyaku heran saat mendapati Mama dan Papa yang
duduk di sofa di depan TV. Aku baru saja bangun tidur. Jadi, aku nggak
tau dengan pasti kapan Papa pulang dari luar negri. Kalau Mama,
sepertinya Mama baru ambil cuti.
” Lhoh?? Mama?? Papa?? Tumben ada
di rumah??” Tanyaku sambil menghempaskan diri di salah satu sofa yang
berhadapan dengan sofa yang di duduki Papa dan Mama.
” Oooh... Jadi ceritanya nggak suka, nih?? Papa sama Mama ada di rumah??” Goda Papa.
”
Bukan begitu Papa... Biasanya kan Papa sama Mama nggak ada waktu buat
pulang ke rumah...” Sahutku dengan sedikit menyindir. Papa tersenyum
lalu membenahi posisi duduknya.
” Papa dengar kamu marah-marah soal Raka??”
”
Ya jelaslah,Pa! Kalian ngundang Raka ke sini tanpa ngasih tau aku.”
Gerutuku sebal. Kulirik, Papa dan Mama saling pandang sambil tersenyum.
” Bukan itu maksud kami, Nabila... Papa sama Mama cuma pengen ngasih surprise buat kamu.”
” Iya sih.. Nayla ngerasa surprise banget...” Kataku sebal sambil memberi penekanan pada kata surprise. Papa kembali tersenyum.
” Kita punya alasan tersendiri, sayang...” Kali ini Mama yang bicara.
” Lalu alasannya apa??” Tanyaku dengan nada menantang.
” Nanti aja kita bicarakan waktu makan malam??”
” Kenapa harus waktu makan malam, Pa??” Tanyaku heran sambil menegakkan badanku yang sedari tadi tersandar di sandaran sofa.
”
Nggak baik membicarakan orang di belakangnya. Sekarang, Raka baru
keluar buat nyari buku diktat.” Sahut Papa. Papa berdiri dari duduknya
dan mengacak-acak puncak kepalaku sambil tersenyum. Papa pun berlalu. Di
ruag keluarga kini tinggal aku dan Mama. Tapi, beberapa detik setelah
Papa, Mama juga pergi. Dan, tinggallah aku sendiri di sini.
Nanti
malam. Rasanya nggak sabar. Siapa Raka sebenarnya, aku akan tau nanti
malam. Ngapain sih si Raka pakek keluar segala?? Jadi harus nunggu,
kan???
********
Kuletakkan garpu dan
sendokku setelah suapan terakhir masuk ke mulutku. Mama dan Papa menoleh
sedangkan Raka masih seperti biasa. Tanpa ekspresei yang berarti.
”
Gimana Pa, Ma??” Tanyaku membuka percakapan. Saat itulah kulihat Raka
mengalihkan pandangan ke arahku dengan satu alis terangkat. Namun, hanya
1-2 detik saja. Karena, setelah itu Raka kembali sibuk dengan
pekerjaannya, makanannya maksudnya. Aku kembali memfokuskan perhatian
kepada Papa dan Mama. Papa meletakkan garpu dan sendoknya, menghela
nafas, lalu mulai bicara.
” Raka, ada baiknya kamu ikut
mendengarkan. Karena ini menyangkut kamu.” Kata Papa sambil mengalihkan
pandangan ke arah Raka. Raka menurut sambil melipat kedua tangannya di
atas meja. Papa kembal memfokuskan pandangan ke arahku. ” Papa sama Mama
nggak ada maksud buat kamu marah. Cuman.. Papa sama Mama berfikir.
Mungkin, kamu akan senang dengan kehadiran Raka di sini. Karena... Raka
itu teman masa kecil kamu...” Lanjut Papa. Papa terdiam. Menunggu reaksi
dariku. Aku hanya memilih diam tanpa komentar. Jadi, Raka adalah teman
masa kecilku??? Apa dia juga yang selama ini menjadi Pangeran Kecil ku??
Ah! Masak cowok kurang ajar kayak gini yang jadi Pangeran?? Mana
mingkin???
” Jadi, Papa harap kamu bisa ramah sama Raka... Walau bagaimana pun, dia tamu istimewa kita. Papa, Mama, dan kamu...”
********
”
Hai... Boleh duduk???” Tanyaku kepada Raka yang asyik duduk mengamati
bintang di taman belakang. Raka menoleh lalu tersenyum dan mengangguk.
”
Boleh aja...” Kata Raka kemudian. Aku membalas senyumnya lalu segera
duduk di sampingnya. Aku diam. Pandang mataku menikuti arah pandangan
Raka yang kemabli asyik dengan bintang-bintang di langit.
” Mau apa?? Kelihatannya penting....” Tanya Raka. Aku tersentak di tanya dengan tiba-tiba seperti itu. Aku mengatur nafas.
” Apa bener kamu temen masa kecilku??” Tanyaku to the point. Raka menatapku sejenak lalu kembali menatap langit.
” Iyya. Emang kenapa??” Tanyanya balik. Aku menarik nafas.
”
Kamu kenal yang namanya Bella??” Tanyaku lagi. Raka kembali mengalihkan
pandangan ke arahku. Kali ini agak lama Raka menataku. Di tatap seperti
itu, rasanya risih juga. Aku melengos.
” Darimana kamu tahu nama itu??” Tanya Raka terdengar tajam. Aku diam sambil bertahan mengalihkan pandanganku dari Raka.
” Kenal. Bukannya itu kamu sendiri??” Tanya Raka. Nadanya kembali seperti biasa. Aku kembali menatap Raka.
”
Aku sering mimpi soal seseorang yang melindungiku dan memanggilku
dengan nama Bella. Walaupun mimpi, aku rasa itu seperti flashback ku.
Karena, sering banget mimpi itu terulang. Apa seseorang yang
melindungiku itu kamu??” Tanyaku. Raka tersenyum lalu menggeleng.
”
Bukan. Waktu kecil, hanya satu orang yang manggil kamu dengan nama
Bella. Aku sendiri manggil kamu dengan nama Nabil. Dan, Papa sama Mama
kamu manggil kamu dengan nama panggilan kamu saat ini. Nayla.”
” Lalu?? Siapa orang yang manggil aku dengan nama Bella itu??”
”
Suatu saat nanti, kamu akan tau sendiri. Oh iya, bintang itu??” Raka
mengalihkan pembicaraan sambil menunjuk sebuah bintang. Mataku mengikuti
arah telunjuk Raka. Bintang yang di tunjuk Raka adalah bintang yang
menurutku bintang paling terang.
” Itu adalah Druva. Bintang yang
paliiing terang. Menurutku, sih... Dan kamu tau nggak??” Raka
mengalihkan pandangan ke arahku. Tiba-tiba sesuatu melintas di
fikiranku.
” Ku harap, Druva mau menjaga kamu untukku. Ku harap setiap malam Druva mengirimkan pesan yang berisi keadaanmu, kepadaku”
” Ih! Ardi ngaco, deh! Mana bisa??”
” Bisa aja! Kenapa enggak??”
” Kenapa nggak kamu aja yang langsung jaga aku?? Kenapa harus Druva??”
” Karena aku harus pergi”
” Pergi?? Pergi kemana??”
” Jauh! Tapi, aku pasti kembali deh!”
Suara-suara
itu kembali menyergapku. Siapa lagi yang bicara?? Kuarasakan kepalaku
mulai terasa sakit. Pandanganku berkunang-kunang. Kegelapan mulai
menyergapku. Detik berikutnya, kepalaku rebah di pundak Raka dan
kurasakan tangan besar Raka memeluk pundakku.
” Maafin aku,
Bil.... Mungkin cara aku salah. Tapi, aku pengen kamu inget... Walaupun
aku masih belum bisa jujur sepenuhnya.........” Dalam kesadaranku yang
kian menipis, aku masih dapat mendengar gumaman lirih Raka. Apa maksud
Raka?? Inget?? Inget soal apa?? Lalu, kenapa belum jujur sepenuhnya??
Apa masih ada yang disembunyikan dariku??
*********
Nah, akhirnya keluar juga identitas Raka
Raka kan temen Nayla waktu kecil
Tapi, kok Nayla nggak tau, ya??
Apa ya yang di sembunyiin Raka??
Trus, siapa sih yang manggil Nayla dengan sebutan Bella??
Popular Post
-
Taman Siswa P erguruanku Hiduplahmu S emerdekanya Taman Siswa J antung H atiku Bersinarlah S emulianya Dari Barat S ampai ke Ti...
-
Entah kenapa nemu tulisan ini di catatan gue pas jaman-jaman MTs. Sumpeh ini galao abis. Entah kapan pula gue nulis beginian. Nggak tau pula...
-
Tirakatan adalah tradisi unik yang khas ditemui di Jawa dan Bali. Tradisi ini tidak ada kaitannya dengan suatu paham religiusitas tertentu ...